Surat Cinta Untukmu, Calon Imamku

Senja di Panjang, Lampung | Pict by Ajeng Dini Utami

Hai, halo. Assalamualaikum wr wb calon jodoh :) Apakabar disana? Ku tahu cepat atau lambat, suatu hari nanti sebelum atau sesudah pernikahan kita kamu akan membaca ini. Ini pesan dari masa lalu untukmu, juga untuk aku, ya pada intinya untuk kita lah hehe. Beberapa munajat yang selalu ku panjatkan kala memikirkanmu, mengingatmu, meskipun ketika aku menulis ini aku belum mengenalmu, belum tahu siapa kamu, berasal dari mana kamu, dimana kamu tinggal, dan apa profesimu. Aku berharap awal perjumpaan kita menjadi hal yang akan kita ingat selalu, juga kala kita bersama nanti, akan menjadi satu kenangan indah yang dapat kita wariskan ke anak-anak cucu kita melalui tulisan di blogku dan di blogmu, dan semoga perpisahan kita nanti menjadi awal untuk bertemunya kita di kehidupan yang lebih abadi. Aamiin


Bila Tuhan memberiku kesempatan untuk mengabulkan doaku, aku ingin kamu menjadi :

Permata hatiku, menyejukkan bila dipandang, merindu bila berjauhan.

Belahan jiwaku, separuh dari diriku. Memilihku menjadi tulang rusuknya, dan sangat pantang untuk menjadikanku tulang punggung.

Teman diskusiku, dimana kami bisa berbagi buku yang pernah kami baca, bersantai bersama di cafetaria favorit, memiliki kesenangan yang sama dalam bidang desain grafis, kepenulisan, dan lingkungan hidup.

Suami yang juga mengerti kewajibannya, yang tidak menuntut hak sebelum kewajibannya tertunaikan.

Suami yang tidak melarang istrinya untuk bekerja, tidak takut istrinya mendapatkan penghasilan yang lebih besar darinya, dan tidak menganggap itu sebagai penghinaan baginya, tapi sebagai sumbangsih seorang istri membantu suami mencari nafkah.

Tidak melarang istrinya dalam hal-hal yang diperbolehkan syariat (yang mubah, sunnah, wajib apalagi).

Tidak menjerumuskan istrinya dalam hal hal yang tidak diperbolehkan syariat (berusaha hindari makruh, campakkan yang haram)

Ayah dari anak-anakku, yang tidak melimpahkan semua tanggungjawab mendidik anak hanya padaku. Karena peran ibu dan ayah secara tepat akan membentuk karakter anak yang kuat.

Teman hijrah istiqomah yang bisa menjadikan kami lebih taat satu sama lain.

Yang kesemuanya termaktub dalam “Kesamaan VISI” 

Dan bila Tuhan masih memberiku kesempatan untuk menghela nafas kehidupan, aku akan selalu berusaha yang terbaik untuknya, menjadi :

Permata hatinya, menyejukkan bila dipandang, merindu bila berjauhan.

Belahan jiwanya, separuh dari dirinya. Selalu mengapresiasi atas jerih payahnya mencari nafkah, karena dia adalah nakhoda bahtera rumah tangga.

Teman diskusinya, dimana kami bisa berbagi buku yang pernah kami baca, bersantai bersama di cafetaria favorit, memiliki kesenangan yang sama dalam bidang desain grafis, kepenulisan, dan lingkungan hidup.

Istri yang juga mengerti kewajibannya, yang tidak menuntut hak sebelum kewajibannya tertunaikan.

Istri yang siap siaga menjadi support system bagi suami, menjadi penopang disaat lemah, pelipur disaat lara, membantu suami dalam mencari nafkah (karena ku yakin kehidupan kedepan akan semakin berat, dan aku tidak mau membiarkan suamiku berjuang sendirian, aku ingin membantunya, dan semoga ia mengizinkan)

Tidak melarangnya dalam hal-hal yang diperbolehkan syariat (yang mubah, sunnah, wajib apalagi).

Tidak menjerumuskannya dalam hal hal yang tidak diperbolehkan syariat (berusaha hindari makruh, campakkan yang haram)

Ibu dari anak-anaknya, yang bertanggung jawab mendidik anak bersamanya, mengurusnya dan menciptakan rumah seperti secuil syurga. Karena pembagian peran ibu dan ayah secara tepat akan membentuk karakter anak yang kuat.

Teman hijrah istiqomah yang bisa menjadikan kami lebih taat satu sama lain.

Yang kesemuanya termaktub dalam “Kesamaan VISI”



Aku tahu, kami tidak sempurna ya Allah, tapi izinkanlah kami sama-sama saling menyempurnakan diri kami dalam naungan-Mu, sehingga ada warisan kebaikan yang tertinggal dan amal jariyah yang terus mengalir ketika kami tidak lagi didunia. Karena kami, sangat berharap dapat melihat wajah-Mu di tempat terindah saat berpulang pada-Mu.

Aamiin ya Rabbal Alaamiin



Tertanda,

Ajeng Dini Utami – 02 April 2019

Posting Komentar

1 Komentar

Unknown mengatakan…
Terlalu sempurna harapanmu..dunia nyata sulit digapai seperti hanya didapat didunia tfantasi ..tapi tak apa.. Namanya juga harapan yang ingin di raih..