Cara Gue Atasi Kejenuhan Skripsian Part II


Hasil jepretan gue disekitar PKOR Way Halim

bagi yang belum baca PART I nya, baca dulu disini ya gengs >> klik wae engga pake mikir
Hingga sampai pada sebuah konklusi pemikiran atas diskusi akal sehat gue dengan hati yang selalu ingin baik, sampai pada sebuah titik tengah : Ngapain gue harus pedulikan omongan orang? Ngapain gue harus menutup peluang untuk meraih ketenangan diri hanya demi anggapan orang? Kenapa gue harus peduli dengan semua omongan menyakitkan yang nyatanya tak mengubah sedikitpun diri gue kecuali gue bangkit berdiri untuk buktikan kalau omongan itu salah? Dan.. kenapa gue harus mengiyakan kata orang orang untuk tetap berada di zona nyaman sementara ada zona lain yang lebih berpotensi membuat diri gue semakin berkembang?

Dan kalo lo mikirnya gue di taman itu cuma duduk, bengong, diem, engga ngapa-ngapain, lu salah besar gengs! Disana gue melakukan aktivitas yang gue sebut: Men-charge fikiran, meresonansi jiwa #heleh :P. Ku beritahu satu bocoran kecil, dalam waktu dekat gue akan membuat sebuah e-book panduan. Tidak untuk diperjual belikan, tidak pula gue pakai jasa cetak penerbit untuk penerbitan, karena ini sifatnya hanya e-book saja, InshaAllah akan gue sebarkan secara gratis ke rekan-rekan se-Forum Nasional agar isi dalam e-book tersebut dapat digunakan / diaplikasikan dalam Lembaga Dakwah di kampus masing-masing. Salah satu gue ke taman tadi adalah brainstroming ide tentang kerangka e-book. Selain itu, gue juga merasa nyaman baca buku ilmiah di alam terbuka, jadi ya, tapi gue juga baca buku deh (sambil nyemil cilor yang gue beli di SD gue deket situ). Gue juga foto foto ngambil angle pemandangan yang apik. Buat bahan daily quotes dan instastory kan mayan hehe. Dan beragam aktivitas lainnya: (Mengamati orang, memastikan orang pacaran tidak neko-neko wkwk, dll)
 
ini landmark Gajah berlukiskan tapis yang gue maksud gengs
Diluar semua aktivitas itu, ada kejadian unik tadi gengs yang engga bisa gue lupain sampai dengan gue nulis malem ini (palingan juga besok lupa), makanya gue abadikan dalam tulisan ini biar gue engga lupa. Jadi lagi serius-serius berburu ide, ada mba-mba yang minta tolong ke gue untuk fotoin dia beserta keluarganya di depan landmark gajah berlukiskan tapis di PKOR ituh (1 keluarga yang ke PKOR dengan 2 mobil). Setelah mereka gue fotoin, gue arahin gaya lah, biasalah hampir 6 tahun di media ada saja kelakuan gils yang ndak bisa dihilangkan bekasnya kwkwk. Mereka ketawa-ketawa. Terus dengan adab sopan santun, setelah gue fotoin, mereka mengucapkan terimakasih. Uniknya ceritanya dimana? Belum.. ini belum selesai gengs.. Tahan..
 
paving blok di taman depan anjungan daerah di gravitty
Jadi uniknya, gue yang udah sedari lama di taman itu, tetiba liat mereka markirin dua mobil depan taman, terus mereka langsung selfie-selfie sendiri, dan satu mbak-mbak berinisiatif untuk minta tolong ke gue fotoin mbak itu dan keluarganya. Daaaan, abis gue fotoin dan mereka lanjut selfie-selfie sendiri, mereka cuss lanjut perjalanan.. Hah? Gue mikir, “cuma numpang selfie aja?” Sisi akal sehat dan fikiran positif gue berujar, “Palingan mereka dari kota lain yang engga punya banyak waktu di Lampung dan meringkas perjalanan mereka dengan mengabadikan moment di tiap tempat di Lampung”.

Okey, ini sisi fikiran positif gue untuk mereka yah. Tapi gini loh, yang mau ku bahas, jadi gengs, bagiku, taman itu bukan sekedar tempat selfie! Berapa banyak taman yang cuma jadi pajangan, tempat untuk foto-foto saja? Taman bisa lebih dari itu! Taman, RTH, and anything else about it adalah anugerah Tuhan melalui perantara manusia-manusia engineer untuk merancangnya agar dapat menjadi arena bermain keluarga, tempat bersantai, tempat men-charge fikiran, tempat berdiskusi, tempat meramu-ramu ide. Foto-foto itu cuma selingan. Kalo tujuan utamanya cuma foto-foto alangkah kecil proyek, kecuali foto-fotonya memang digunakan untuk kepentingan yang lebih besar. Betapa kita sering berkata, “Gue kurang piknik nih.. Bete” Nah pas udah sampe ditempat piknik porsi waktu foto-fotonya lebih banyak daripada menikmati indahnya alam. Dalam 60 menit kunjungan, menikmati indahnya alam 10 menit, sisanya 50 menit foto-foto sampe dapet angle yang bagus, hadeh udah belok itu namanya dari rencana dan tujuan awal. Tujuan piknik itu kan buat merefresh fikiran, dll yang gue sebutkan diatas, bukan buat foto-foto. Mindsetnya gini: Foto-foto itu bukan tujuan, tapi moment engga akan lengkap tanpa foto foto. Setuju? Kalo ada setuju, atau ada sanggahan, dan pendapat lain, boleh banget komen di kolom komentar ya :)

Posting Komentar

0 Komentar