Awalnya
menjelajah “hutan” bersama-sama. Menyibak semar belukar sana-sini demi mencipta
jejak perjalanan dan jalan itu sendiri. Bersama dengan yang lain, saling bahu
membahu bergandengan tangan seakan tiada kata untuk berpisah. Jalan ini bukan
jalan yang mulus bung, yang dengan mudahnya manusia bermental lemah dapat
melewatinya. Jalan ini juga bukan jalan yang bebas dari polusi, yang mana
manusia dengan system imun rentan dapat dengan mudah melaluinya. Bukan pula
jalan yang tanpa ada rasa nyeri hati didalamnya, yang mana orang dengan hati
berpenyakit bisa mudah melaluinya. Jelas kukatakan ini jalan yang terjal, Bung!
Hanya
orang-orang pilihan yang diberi kesempatan untuk melewati proses ini. Orang-orang
ini, yang pada puncaknya akan sangat merasa lelah, sekaligus puas, karena
berhasil melewati semuanya.
Orang-orang
dijalan ini, pada prosesnya akan banyak dicaci, dicemooh, diremehkan, oleh
orang-orang jauh dibawah sana, yang memilih untuk tetap pada zona amannya,
daripada mencoba sesuatu hal yang belum pasti. Tapi bukankah janji Tuhan itu
niscaya, bahwa dia akan menolong orang yang menolong agama-Nya.
Setelah
dipertengahan jalan, kurasa jalan ini tak seburuk yang aku fikirkan sebelumnya.
Ternyata. Banyak kupu-kupu cantik menghisap nektar dari bunga-bunga yang indah.
Aku takjub. Kamipun berhenti sebentar untuk sekedar melepas penat dan menikmati
pemandangan yang ada. Begitu syahdunya pemandangan hingga tak sadar bahwa yang
lain telah lenyap dari pandangan.
Sepertinya aku sedang tersesat.
Kehilangan arah. Kehilangan barisan. Lalu apa yang harus aku lakukan? Ya Tuhan,
Tolong aku,beri aku petunjuk-Mu :(
0 Komentar