Ukhuwah yang Terluka (Jaga Perasaan Saudarimu, Wahai Ukhti)

Dokumen @adinuticious

Dibilang sayang, ya begitu. Dibilang kenal, ya begitu. Bagiku kita hanya kenal sebatas pertemanan amanah. Yakinlah bila kita tak ditemukan dalam amanah ini, mana bisa kita saling menebar senyuman saat bertemu, bercerita ini itu, meski kau sendiri mungkin jengah dengan tingkahku yang seperti anak kecil kehilangan induk.

Kita, atau mungkin hanya aku, hanyalah berpura-pura menyenangimu, dan berpura-pura rindu padamu. Berpura-pura merasa ada yang kurang jika kamu tak disini.

Untuk sahabat taat yang tak pernah selalu ada, menjalani kehidupan dengan lurus dan sangat hanif memang baik, namun semoga keistiqomahanmu dapat diseimbangkan juga dengan pemenuhan hak-hak saudaramu yang butuh perhatian akan-mu.

Kita memang pernah berada dalam satu amanah, tapi tak pernah ku rasakan kau benar-benar hadir menemani kami (atau mungkin hanya aku yang merasa ini).

Ku tahu jiwa dewasamu menuntunmu untuk menyikapi segala sesuatu dengan dewasa, amanahmu banyak, praktikanmu bejibun, aktivitasmu padat, sepadat baju kotor yang numpuk dalam bak cucian, tapi jangan pernah lupa bahwa amanah tanpa ukhuwah bagai Indomie tanpa bumbu. Tetap bisa dikonsumsi sih, tapi ya hambar. Seperti itu analoginya. Hahaa memangnya pernah kamu khawatir padaku walau hanya sedetik? Tak pernah. Aku memang hanya wanita biasa yang masih bersusah payah untuk melawan godaan, bukan terlahir dari orangtua yang sudah faham agama, beda jauh jelas denganmu mbak. Guee jauh jauhh tidak lebih baik darimu. Apalagi sholehah, hmm belum banget gue sepertinya. Mungkin kamu hanya mengganggapku adik kecil yang masih tergiur dengan dunia. Terserah anggapanmu saja mba. 😊

Ingatkah kamu disaat kamu kabarkan pada kami tentang kabar baik itu? (red: pernikahanmu)
Jujur disaat itu aku senang sekaligus bangga padamu kawan, Mbak.. Sangking senang dan bangga, aku speechless, aku non ekspresi, bingung harus bagaimana, karena ekspresi yang akan ditampilkan telah berkolaborasi dari segala ekspresi yang menghasilkan ekspresi hambar. Sampai semua ukhti saat itu berkata, "Jeng.. kok diem aja.." Hahaahaha, saya orangnya gak suka disaingin sih, kalo semua orang udah menyatakan ekspresi senangnya melonjak-lonjak, maka saya mengalah, saya akan diam saja untuk menjaga emosi dan energi saya.

Ada kemungkinan kamu membaca postingan ini, atau kau diberitahu waketum kita untuk baca postingan ini, ahahaa. Tapi kemungkinannya kecil banget, tapi yaa tetep ada lah ya kemungkinannya. Maaf jika kau baru menyadari ini setelah membaca blogku, bagian dari penyadaran juga bahwa kita tak pernah berkesempatan dipertemukan quality time dalam suatu acara.

Dari saudarimu yang tidak lebih baik darimu, Ajeng Dini Utami

Posting Komentar

0 Komentar