Substansi Kehilangan yang Sebenarnya

pict by pixabay.com


“Sejujurnya ku tak bisa,hidup tanpa ada kamu, aku gilaaaa!”
Kehilangan. Sebuah kata yang sarat akan adegan melow ala sinema Indonesia, disusul dengan teriakan panjang :
“Please.. Jangan tinggalin aku sayang, aku gak bisa hidup tanpa kamu!”
Hehehe intermezzo. Hidup itu santai aja, gak usah serius-serius amat. Saya berpendapat bahwa kehidupan adalah kumpulan game-game realita, banyak macam, diantaranya : game kesabaran, game uji otak, game bertahan hidup, dsb. Jika Anda mengganggap terlalu kecil amat proyek bila menganalogikan kehidupan hanya seperti game, saya bisa membuat semua ini menjadi lebih jelas, kawan. Jadi yang saya maksud game disini adalah game kehidupan yang tentu lebih berdarah-darah, lebih berat, dan lebih ngoyo untuk diperjuangkan. Perjalanan game kehidupan pun tak seorang manusia tahu kapan akan tiba di level terakhir, hingga Tuhan menyeleksi lagi manusia-manusia pilihan untuk berkumpul di Arsy-Nya yang agung. MashaaAllah.

Senang, sedih, semua hanyalah tipu daya waktu. Yang paling penting dalam hidup ini justru tak bisa kita ukur kadar kedalamannya, kadar kebesarannya, kadar volume, dan kadar-kadar lainnya. Kau tahu apakah itu? Barokah! Berkah, ridha Allah hanyalah Dia yang tahu, hak prerogatif Allah. Kita juga takkan pernah tahu amalan mana yang akan membawa kita ke syurga, jadi tetaplah berbuat baik kepada siapapun, dimanapun, dan kapanpun.
Kehilangan itu rasanya.. bedeeh gak terbayang, sakitnya tuh disini! *nunjuk kepala*
Apalagi kalau barang berharga yang ilang yaaak, pusing cari duit buat belinya lagi.. heleh heleeh malah curhat. Bukan, bukan itu yang menjadi main topic kali ini. Ini sudah 2016 brooh, bukan masanya lagi saya mengeluh atas titipan Tuhan yang sudah diambil oleh-Nya. Semua di dunia ini hanya titipan. Ragamu, jiwamu, hartamu, anak-anakmu, istrimu, suamimu, and all stuff you think you have, it just TITIPAN. Kamu takkan pernah tahu sesuatu yang kamu punya, hingga kamu kehilangannya, dan kamu takkan pernah tahu sesuatu yang tidak kamu punya sampai kamu mendapatkannya.
Apa yang dihisab saat hari penghakiman nanti adalah perlakuan kita atas apa yang sudah dititipkan oleh-Nya, apakah dipergunakan di jalan yang benar, atau justru malah membuat-Nya murka. Cara menjemput titipannya, juga dipertimbangkan dengan se-adil adilnya saat Yaumil Hisab nanti. Ingatlah, hidup di dunia ini hanyalah sementara, sebaik-baiknya adalah kehidupan setelah mati, yakni kampung akhirat.
Saat kau sudah sampai pada tahap pendewasaan, kau akan mengerti, kau akan faham bahwa saat Tuhan mengambil titipan-Nya padamu, skenario-Nya yang Maha Indah terlalu sulit ditebak oleh manusia biasa seperti kita. Ada banyak cara Tuhan mengambilnya, bisa dengan hilang tiba-tiba, rusak, kecelakaan, di curi melalui perantara komunitas kriminal. Bahkan tokoh tokoh jahat dalam kehidupan sudah ter-script dengan rapih pada naskah-Nya, sudah tertulis bahkan saat kita belum diciptakan di dunia. Tugas kita sebagai manusia biasa, berbaik sangka, tetap tebar kebaikan, luruskan niat, dan sempurnakan ikhtiar. AllahuAkbar!

Terinspirasi dari fenomena memilukan secara empiris. Surprise moment ini terjadi pada Jum’at, 01 Januari 2016.

Posting Komentar

2 Komentar

Unknown mengatakan…
Keren jeng, subtansinya apalah arti memiliki jika kitapun bukan pemilik sah diri ini. dan kehilangan merupakan pelajaran terbaik untuk mensyukuri dan memaknai kata memiliki.
Ajeng Dini Utami mengatakan…
iyo Ko betul tu ehehee,