Diary Depresiku

Pict by NGOPulse

Tak usah dibaca. Tulisan ini bisa jadi mengubah pandanganmu tentang aku. Ya, kamu mengenalku sebagai seorang yang.......... Padahal harusnya kau tahu, semua manusia hanya memperlihatkan sisi permukaannya saja, semakin dalam kau mengenal seseorang, semakin kau tahu pula betapa Pemurahnya Tuhan menutup aib orang tersebut. Stop disini! Tak usah dibaca lagi!

Mungkin aku hanya menjadi alatmu. Hanya menjadi perkakas ataupun kendaraan untuk mencapai semua tujuanmu. Diam disitu. Jangan bergerak. Cukup sudah. Aku tak bisa lagi percaya padamu. Aku tak bisa lagi menelan semua janji-janjimu. Aku ini wanita yang masih punya perasaan. Kalau kau sakiti terus dengan kata-kata pedas, wajar saja kan bila hati ini terluka hebat dan hawa terasa panas? Sadar! Aku bukan malaikat yang diutus Tuhan untuk memenuhi semua permintaanmu, diam ketika dicaci. Memangnya aku apa? Cukup sudah aku menaruh hati padamu. Takkan lagi lagi. Kepercayaan ini sudah kau hancurkan sehancur-hancurnya.


Saat aku melakukan kesalahan selalu kau berkata : "KAMU ITU TOLOL! UDAH MAU SARJANA LOH KAMU ITU, KOK SAMA YANG LEBIH TUA KAYAK GITU?" Hati mana yang tidak nyeri dikatakan seperti itu, oleh kerabat dekat sendiri lagi! Cukup sudah aku meminta sesuatu, yang merupakan kewajibanmu, yang seharusnya menjadi hak ku. Kau ungkit-ungkit terus. Kau gulirkan terus menerus. "KAMU KALO GAK AKU KASIH SANGU, KAMU ITU GAK BISA NGAMPUS TAU GAK?" Sahutnya. Mulai detik itu, aku sudah males minta duit minta sangu, minta apapun dari dia. Dan akhir-akhir ini aku agak sedikit menghemat pengeluaranku karena duit yang memang pas-pasan dan BELUM ada pemasukan sama sekali.



Setelah pertengkaran hebat itu, dimana tak bisa juga disebut pertengkaran, karena daku dipaksa bisu untuk memuaskan egonya memarahiku. Dia selalu menganggap dirinya benar, tak pernah salah. Dia meludahi, mencaci maki berjam jam. Setelah kejadian itu, ku tolak semua tawarannya membelikan ku jajan. Hahaha, sori TAK SUDI. Jika ia selalu mengungkit kebaikannya padaku yang itu adalah kewajibannya, sungguh lebih baik tak usahlah aku di urus, aku TAK SUDI! Aku masih punya satu sisi kerabat lagi, dimana surga merupakan dibawah telapak kakinya. Semarah-marahnya si surga ini padaku ia tak pernah meludahiku ataupun mencaci makiku selama berjam-jam.



Ingatlah kerabat JAHAT, aku takkan pernah menjadi SAMA lagi. Camkan itu.

Posting Komentar

1 Komentar

Nda mengatakan…
kalau ini beneran kisah kamu sabar ya ajeng :)
saya suka gaya kamu