![]() |
pict by Plimbi Guardian |
Capeknya orang jaman dulu adalah saat mereka berkilo-kilo meter berjalan menuju tempatnya menuntut ilmu, itupun tak menjadi keluhan, karena di jalan, mereka asyik mengakrabkan diri satu sama lain, bercanda tawa, bersenda gurau, hingga tapal kaki yang sudah lukapun seperti tak terasa. Jaman sekarang, saat teknologi begitu canggih adanya, orang berbondong-bondong membuat akun virtual, menunjukkan bahwa ini INILOH SAYA. WA, Line, BBM, Twitter, Facebook, Path, Ask.fm, Instagram, Forsquare adalah makanan sehari-hari orang masa kini, dengan porsi lebih banyak dibanding makan sehari hari yang cuma 3 kali.
Harus kuakui, jaman dulu
memang teknologi tak semaju sekarang. Namun pernahkah berfikir bahwa jaman
dahulu, orang tua kita, lebih giat bekerja, lebih terampil membuat
pernak-pernik wanita (ibu-ibu), lebih disiplin dalam hal waktu karena dulu tak
ada telepon, tak ada handphone, tak ada alat komunikasi untuk memberikan
kejelasan kembali tentang sebuah pertemuan. Alat komunikasi dipakai oleh
beberapa kalangan saja, tak semua. Maka sudah jelaslah justru karena
kekurangan-kekurangan yang ada, orang jaman dahulu menjadi semakin tertantang
untuk menaklukan gunung problematika dan bahu membahu berjuang bersama menuju
puncak.
Terkadang (atau bahkan
sering) aku berfikir, untuk apa mempunyai begitu banyak media sosial namun tak
ada satupun yang aktif. Asiknya punya beberapa dan aktif didalamnya. Secara
garis besar, saya bagi media sosial menjadi 2 macam, yakni Social Media Always
On, seperti: WA, BBM, Line. Sedangkan Social Media Facebook, Instagram,
Twitter, Pinterest dan kawan-kawan sejenisnya saya masukan dalam kategori
Social Media Famous Section. Yang lain lain seperti path dan ask.fm hanyalah
pelengkap saja.
![]() |
pict by Plimbi Guardian |
“Tutup Instagram, Buka
Line. Tutup Line buka Twitter. Tutup Twitter buka Facebook. Tutup Facebook Buka
WA. Gitu aja terus sampe nabilah JKT jadi nenek-nenek.”
Hehehehe betapa
tragisnya media sosial bisa merubah kebiasaan orang dari waktu ke waktu bahkan
kepribadiannya. Dari komunal menjadi individual. Dari selalu mengobrol menjadi
selalu selfie. Internet. Media Sosial Virtual. Menjauhkan yang dekat dan
mendekatkan yang jauh. Sudah bukan rahasia lagi, bukan? Tapi jangan khawatir,
pernyataan ini tidak berlaku bagi semua orang kok. Ini hanya jeritan keresahan
saya yang coba saya bagi dengan sobat maya. Masih ada prajurit kehidupan yang
menjadikan media sosial hanya sebagai alat. Saya. Ya, saya. Begitu juga dirimu, kan?
2 Komentar