Berada pada Perasaan yang Stabil - Sebuah Sampah Pikiran - Problem yang Kompleks


 

Aku pernah mencintai begitu dalam hingga waktuku tersita untuk memikirkan itu. Aku pernah menyukai terlalu dalam hingga apa yang ada dalam pikiranku hanya itu. Bila kamu mengira ini tentang 'seseorang', kamu salah. Sudah sejak lama hati dikunci rapat rapat dan belum ditemukan lagi pemiliknya setelah sejauh enam tahun ini. Aku sudah pernah merasakan bagaimana rasanya totalitas pada sebuah organisasi disaat pucuk pimpinan lain dalam organisasi itu doesn't do the same things as I do. Aku pernah merasakan mengorbankan waktuku hanya untuk sesuatu yang disebut "Kebersamaan" dan aku terbakar api didalamnya. Jadi abu. Aku merasa terlalu menjadi orang yang fokus pada satu hal.

Ohh okay maaf kali ini tulisanku seperti tulisan orang mabok, tidak terstruktur sekali. Aku hanya merasa perlu untuk mengeluarkan sampah unek unek dalam pikiran ini setelah sekian lama tidak melakukan aktivitas self-healing. Begitu banyak benang kusut di kepala ini, hingga aku bingung harus mulai dari mana aku memaparkannya.

Aku pernah gagal. Sekali, dua kali, tiga kali, dalam arena pertempuran yang berbeda. Disaat yang sama aku saksikan teman-temanku dengan mudahnya meraih apa yang mereka inginkan dengan privilege yang mereka punya. Kecantikan, kekayaan, nasab :) Itulah hal hal yang tidak bisa kita kontrol. Reaksi kita atas apa yang terjadi pada kita, itulah yang bisa kita kontrol. Setiap waktu aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. 

Saat aku masih kecil, kata-kata kasar, cacian makian, bukanlah hal tabu dalam kehidupan sehari-hariku. Jujur aku menangis saat menuliskan ini, karena disaat yang sama, aku dapat dengan jelas mengingat kembali tentang kenangan buruk itu. Tentu bukan hal yang baik untuk diceritakan haha. Karena dari kenangan itulah aku menjadi seorang yang tidak suka diatur, karena aku tahu rasanya berada dibawah komando itu sangat menyiksa batin. Ibuku mengatakan bahwa aku adalah orang yang sangat keras kepala tapi disisi lain memiliki hati yang mudah tersinggung. Mungkin saja ibuku benar. Tapi yang jelas, ada setan besar dalam diriku, yang sewaktu-waktu bisa saja sangat murka bila sudah pada puncaknya. Dan aku tak mungkin menceritakan ini kepada siapapun, karena aku tahu mereka akan menganggapku seperti bukan orang yang mereka kenal. Memang lebih baik hanya kita dan Tuhan yang tahu, apa yang benar-benar kita rasakan. I'm hurt inside.

Gatau ada perasaan semacam ingin bunuh diri saja dan mengakhiri semua ini, tapi lagi-lagi Tuhan dengan kasih sayangnya berbisik padaku, "Jangan.. Aku tidak ingin kamu menemui-Ku dalam keadaan menganiaya dirimu sendiri."

Aku masih dan akan terus belajar bagaimana untuk berada di perasaan stabil.

Sebuah quotes penutup yang tidak pernah akan aku lupakan, "Don't love too much, don't care too much, because too much can hurt you too much."

Cukup hanya denganmu saja ya Tuhan aku benar benar menyerahkan semua harapan ini :(

Kini aku masih berusaha dan akan terus tetap mencoba untuk se-netral mungkin menjaga perasaan, baik perasaan diri sendiri maupun orang lain :)

Senin, 14 September 2020, ditengah heningnya malam pukul 12:36

Posting Komentar

0 Komentar