Motivasi Doang, Emang Cukup?


Kita butuh motivasi, oh jelas, setiap hari malah. Motivasi ibaratkan bensin bagi jiwa raga kita untuk terus mengeksplorasi. Untuk terus menggali potensi. Dan untuk terus menjadi daya dorong kita agar hidup tidak stagnan. Berjuta-juta orang didunia sudah tidak asing lagi dengan acara-acara seminar motivasi, seminar kepercayaan diri, dan seminar-seminar offline sejenis yang seringkali diadakan sebelum adanya wabah covid 19 ini. Bagai kemasukan roh baik, seorang yang tadinya bermuram durja seketika dapat jadi merasa sangat termotivasi kala pekikan semangat dari pembicara mampu membius dan membuat diri menjadi hidup kembali (kata kiasan doang loh ya kwkwk). Namun, nyatanya kalimat motivasi saja tidak cukup untuk membuat seseorang tetap berbuat sesuatu, kita butuh “fitur” lain untuk tetap bergerak maju. Apakah itu?

A. Pahami Dulu Bahwa Motivasi adalah Pondasi Awal

Motivasi adalah faktor pemicu, bisa disebut juga dengan faktor pendorong orang melakukan sesuatu. Hampir mirip mirip dengan niat, sih.

Bedanya: motivasi itu: “why you do that?

kalau niat itu “for whom you do that? Or what your final goal?

Permisalan nih studi kasusnya di gue yah.

Motivasi:

Gue termotivasi bisa lancar ngomong bahasa inggris karena suatu hari nanti gue bakalan banyak menjalin kerjasama dengan orang orang luar negeri (aamin), jadi gue udah gak kagok lagi ngomong bahasa Inggris

Niat:

Untuk diri gue sendiri, supaya gue berkembang, dan banyak peluang terbuka lebar (Ini niatan setelah niatan utama ya. Apapun yang kita lakukan di hidup kita niatkan utama untuk meraih ridho Allah. Agak panjang kalau ini tentang ridho Allah ini mau dibahas, untuk sekarang fokus tentang motivasi dulu. Next time kita bahas tuntas tentang Ridho Allah)

Nah gitu gengs. Motivasi itu ibarat benih/bibit. Kalau motivasi dan niatmu sudah bagus/kokoh sedari awal, dia berpotensi akan menjadi akar yang kuat

 

B. Pulang dari Seminar Motivasi kok Jadi Biasa Lagi ya?

Kamu pernah gak sewaktu ikut seminar motivasi kerasa semangat banget, eh besoknya jadi biasa lagi? Atau lebih ekstrimnya, sewaktu pulang dari seminar motivasi langsung kembali kondisi awal seperti sebelum ikut seminar motivasi? Wkwkw. Kalau pernah, tenang. Kamu tidak sendiri. Gue juga mengalaminya kok kwkwk. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Ternyata eh ternyata. Gue pake permisalan lagi nih ya. Motivasi tadi itu kan ibarat benih/bibit. Nah ceritanya kamu udah nanem nih itu bibit. Tapi gak kamu apa apain setelahnya. Apa yang terjadi? Ya gak bakal tumbuh itu taneman! Untuk membuat bibit itu terus tumbuh kita perlu menyiramnya dengan rutin/ sesuai aturan, nanti lama kelamaan akan tumbuh besar dia. Dalam hal ini, untuk membuat motivasi itu tidak sia sia, kita juga harus take action dan install habits. Wah apalagi itu?

Habits adalah sebuah kebiasaan. Dengan atau tanpa kamu memiliki motivasi dalam melakukan suatu aktivitas, alam bawah sadar kamu memprogram aktivitas yang kamu lakukan berulang-ulang menjadi sebuah kebiasaan yang sampai pada suatu titik, pohon habits ini sudah bertumbuh menjadi pohon besar, yang aktivitasnya secara otomatis kita lakukan setiap hari.

Misal (dengan motivasi):

Jujur aja sehabis bulan ramadhan kemarin gue termotivasi langsung bayar utang puasa 10 hari gue setelah hari kedua lebaran. Gue pengen maksain diri gue dalam hal-hal yang baik. Seumur idup belum pernah gue dengan segera membayar hutang puasa. Jadi ramadhan 2020 ini kesempatan gue. Perjuangan bener mengangkat mata saat pagi pagi buta jam 03:30 di bulan bukan bulan puasa Ramadhan (meskipun pada saat itu bulan syawal), apalagi gue orangnya suka begadangan kan hehe jadi jam tidur gue dikit. Awalnya gue jalanin aja dulu. Gue maki-maki diri gue sendiri saat sisi setan gue menghasut gue untuk, “Udah gak usah diganti dulu puasanya, masih ada hari esok, tidur aja lagi. Nanti jam 5an baru bangun solat subuh.”

Sehari, dua hari, tiga hari, adalah hal yang berat untuk membiasakan. Sampai pada hari keempat gue memutuskan untuk tidur lebih awal biar fresh dan gak kebo saat bangun jam 03:30. Dan berhasil! Kita hanya perlu membiasakan saja guys, dan jangan lupa minta tolong orang lain untuk bangunkan kamu di jam 03:30 (bisa orangtua, pasangan, atau siapapun), jadi kamu enggak sendiri hehe

 

Misal (tanpa motivasi):

Habis solat subuh kamu sangat malas untuk tetap terjaga, pengennya sih kalo ngikutin keinginan ya tidur aja lagi, kan nikmat hehe. Tapi disuatu hari ada kawan kamu yang punya prinsip enggak boleh tidur lagi setelah subuh, minep dirumahmu selama sebulan. Alhasil mau gak mau untuk memuliakan tamu, kamu ikutin kebiasaan baik kawanmu itu. Awalnya susah, kayak anak kecil yang permen milkitanya direbut hehe. Tapi karena dijadikan kebiasaan berhari-hari bahkan sampai sebulan, pohon habits kamu lebat, akarnya menguat menghujam ke tanah, dan setelah kawan kamu kelar minep tempat kamu, kamu berhasil install habits baru! Enggak tidur lagi setelah subuh! Yeaay :D

 

C. Komponen Lain selain Motivasi

Bila motivasi menjawab pertanyaan “what dan why?” ¸ kalau pertanyaan when, who, where ini akan kita temukan sendiri sesuai dengan rencana kita. Lantas, apa yang menjawab “How?”. Konon nyatanya, sesudah kita mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu, hal yang selanjutnya yang perlu kita pikirkan adalah, “Bagaimana?”. Bagaimana cara mencapai kesana? Bagaimana caranya agar tanaman ini tumbuh hingga buahnya lebat? Bagaimana caranya agar bisnisku tumbuh pesat, pemasarannya menyebar ke seluruh Indonesia, dan mendapat omset ratusan juta tiap bulannya?

C1. Mentor

Permisalan:

Gue termotivasi banget nih pengin bisa desain grafis, biar bisa kerja freelance gitu kan dimana aja kapan aja tanpa harus ke kantor dan tanpa harus terikat perusahaan, singkat cerita gue cari cara supaya gue menguasai ilmu dengan grafis bagaimanapun caranya (How), dalam hal ini terdapat beberapa opsi yang bisa gue lakukan:

1. Gue cari-cari info di internet, nontonin sebuah channel youtube

2. Gue ikut kursus desain grafis, kalau di Bandar Lampung ada namanya kbdg.id (wkwk ngiklan dikit yeh)

3. Gue ikut komunitas desain grafis di kota gue (kebetulan kbdg.id juga bisa disebut komunitas hehe, jadi satu paket)

4. Gue minta mentorin kawan gue yang udah lebih dulu terjun disitu

5. Gue melakukan poin 1-4 itu semua wkwk

Apapun pilihan gue, pada intinya pertanyaan “How” memberi pertanyaan pada siapa tempat kita bertanya alias siapa mentor kita. Sampai sini bingung karena agak belibet penjelasannya? Wkwkkw. Well, bahasa sederhananya How (bagaimana?) ini adalah komponen untuk agar kita bisa dalam suatu hal, nah untuk bisa suatu hal kita perlu mentor, tak peduli di poin berapapun gue milih opsi diatas, gue tetap butuh arahan, petunjuk, guide, step by step. Dan mentor yang kita pilih jelas yang ahli dibidangnya loh ya. Kalo enggak ahli dibidangnya jatohnya enggak ada faedahnya xixi. Apalagi kalau kita sudah mulai tahu alasan kita hidup, dan ingin tahu step by step yang benar dari penjelasan 5 rukun iman, ya jelas kepada orang alim yang sudah bertahun tahun punya pengetahuan dibidang itu.

Lalu kalau habits menjawab pertanyaan apa nih? Habits menjawab pertanyaan, “how often?”. Seberapa sering dilakukan, hal itulah yang akan membawa usernya cepat untuk mencapai tujuan. Apa itu saja cukup? Motivasi, dan Mentor? Kemudian direpetisi oleh habits? Cukup sih, tapi kalau mau lebih lengkap ada satu lagi. Apaan?

C2. Inspirator

Permisalan:

Gue udah punya motivasi nih belajar islam, dan juga udah ada mentornya (Ustadz/Ustadzah yang ahli dibidangnya) juga nih. Apa ini saja cukup? Ya cukup sih. Kalau mau lebih lengkap, carilah juga inspirator! Darinya kamu bisa dapat inspirasi apa apa yang ingin kamu lakukan. Lebih khususnya, inspirator itu bisa orang yang masi harum namanya walau ia telah tiada. Contoh dalam permisalan di paragraf ini, inspirator kita sepanjang zaman adalah Rasulullah kita, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam. Beruntungnya kita sebagai umat nabi, kita tidak hanya diturunkan kurikulum tapi juga ada tauladan dari jenis kita sendiri. Beliaulah representasi yang harus dicontoh, meski ada bagian-bagian pembahasan spesifik dari beliau mana yang wajib ditiru, mana yang sunnah, mana yang makruh, dna mana yang haram, ini beda lagi bahasan. Pada intinya, baginda Nabi adalah inspirator dan tauladan sepanjang zaman.

 

D. Konklusi Akhir

Orang yang suka memotivasi disebut motivator. Mendorongmu untuk melakukan sesuatu, menumbuhkan rasa semangatmu kala kau baca tulisannya, atau kau dengar omongannya. Sedangkan mentor adalah guru, orang yang sudah lebih dulu melewati jalan yang ingin kita tuju, memberitahu kita, menuntun kita, dan membimbing kita, bahasa kerennya Guide lah hehee, dan darinya kita berharap sampai pada tujuan sebagaimana dirinya sampai pada tujuan. Dan inspirator adalah seseorang yang hidup dimasa lampau yang dapat menginspirasi kita sampai hari ini.

Sedangkan habits, adalah booster ketiganya. Pertanyaannya nih, sudah siapkah kita melambung jauh dan memberi manfaat bagi sekitar? Kalau sudah bahkan sudah terjun, semoga terus diistiqomahkan dalam kebaikan. Aamiin

 

Posting Komentar

0 Komentar