![]() |
Inframe dari kiri sampai kanan : Ajeng Dini Utami, Wanseha fitri, Estu Mahanani, kak Joni Iskandar, dan kak Putra Astaman (minus 2 personil : M. Hamzah Saoutra & kak Panji Dewantara) |
Ada hal aneh yang
mungkin juga pernah kalian rasakan sama dengan apa yang saya rasakan. Terkadang
saya merasa punya pandangan akan masa depan. Saya menyebutnya “lorong pikiran”.
Ibarat sebuah alat bernama teropong yang dapat melihat sesuatu dari jauh, lorong
pikiran saya, saya afirmasikan demikian. Dalam lorong pikiran masa depan yang
saya lihat, saya melihat kemungkinan-kemungkinan bahwa kepala saya akan
terbentur benda yang sangat keras sehingga menyebabkan kehilangan sebagian
memori yang ada. Saya akan melupakan sebagian bahkan semua kenangan-kenangan
yang pernah ada. Nah, sebelum hal itu terjadi untuk itulah saya menuliskan ini.
Supaya saat ketakukan dan prediksi “pikiran” saya benar terjadi, saya masih
bisa mengingat kenangan-kenangan masa muda yang terlalu indah untuk dilupakan.
Tapi sebagai manusia, tentu kita tetap berdoa yang terbaik, semoga ini hanya
kekhawatiran saya semata saja. Kalau kata kelompok musik one direction, “Hoping for
the best, but expecting the worst.”
Perjalanan ke Krui
(sebutan lain dari Kabupaten Pesisir Barat) bukan hanya sekedar perjalanan
untuk liburan, bukan hanya untuk sekedar pelarian dari kepenatan aktivitas di
Bandar Lampung. Hidup adalah drama, dan begitupun perjalanan ini, penuh
dramanya hahaha dan saya enggak tahan kalau harus menanggung kisah ini dikepala
saya saja, harus saya bagikan demi keberlangsungan kisah yang bisa diceritakan
hingga anak cucu kelak dan untuk mengantisipasi kemungkinan kemungkinan yang
tidak saya inginkan (kepala saya terbentur, kemudian saya amnesia, dan lupa Anda
semua) wkkwk.
Sebelumnya saya mau
cerita dulu kalau saya diajak kawan (kak Putra) untuk mendirikan wadah/organisasi
yang bergerak di bidang kemanusiaan. Eh bukan diajak mendirikan sih, karena sebetulnya
sebelum saya bergabung ya sudah didirikan. Saya ditawarkan mengisi bagian yang
belum berpenghuni: bidang media (yah pasti itulah dimanapun kala ditawarkan untuk
menempati suatu posisi). Awalnya saya enggak langsung jawab iya, karena pertimbangan
ini itu, dan saya yang tipikal enggak bisa pecah fokus, tapi akhirnya bismillah
saya memutuskan untuk bergabung dengan pemikiran dimasa lalu bahwa suatu hari nanti
saya ingin aktif dalam bidang kemanusiaan secara spesifik. Nama organisasi ini Akademi
Filantropi. Penjelasan mendalam tentang organisasi ini ya jeulas gak saya jelasin
disini, lokakarya entar namanya hmm. Intinya perjalanan kami ke Kabupaten
Pesisir Barat adalah untuk merumuskan organisasi ini.
Jum’at, 13 Maret
2020
Perjalanan(ku)
benar benar dimulai dari habis magrib. Titik kumpul tidak berlaku disini karena
kami yang akan berangkat berbeda-beda tempat, namun keberangkatan awal adalah
dari Sukarame (sekalian ambil mobil dan jemput beberapa orang disana). Aku,
menunggu dirumah karena mobil searah menuju perjalanan ke Pesisir Barat. Saat mobil
datang, berangkat, tak lupa pamitan ke Apakni dan Umakni, sembari mengingat
kembali barang-barang yang akan dibawa saat ditaruh ke bagasi. Tak ku sangka,
kak Joni (tuan rumah destinasi kami) meminta tolong ke adik tingkatnya (orang
Asli Krui) yang juga sedang berkuliah di Lampung untuk menemani kami dalam
perjalanan (read: jadi supir ganti-gantian dengan kak Putra). Namanya Yessan.
Benarlah adanya. Dia ternyata supir mobil yang handal, Liku-liku jalan saat di
Sedayu dengan tenang dia kendarai. Karena saat diperjalanan sudah malam itu,
kami solat isya dan makan di perjalanan. Tapi tidak dengan Yessan, dia sedang
radang tenggorokan sehingga dia tidak makan nasi putih, dan makan roti sepanjang
perjalanan. Tadinya mau mampir tempat kak Panji (salah satu anggota Akademi
Filantropi yang lain) di pagelaran, namun beliau sedang melayat dirumah ayah
temannya.
Di perjalanan kami
selingi dengan obrolan-obrolan ringan. Saat telah lelah berbicara, kami putar
murottal, lalu kak Putra berujar, “Iya putar murottal aja ya dek, biar kalo
kita kenapa-napa kita berada dijalan kebenaran.” Hahaha ngekek semua kami
dengarnya. Singkat cerita, kami sampai di Krui jam 02:00.
Sabtu, 14 Maret
2020
Kami (yang cewek-cewek)
beristirahat sebentar di lantai 2 rumah panggung sodaranya kak Joni sampai
waktu subuh tiba. Yang cowok-cowok istirahat ditempat lain (rumah kak Joni
kayaknya). Paginya, kami bersiap ke Pulau Pisang. Sampai di pulau pisang, si Yessan
baru tersadar kalau barangnya ndak dibawa karena dia ngiranya kami sudah bawa
barang dia haha. Kasian. Akhirnya dia ga ganti baju sampe besoknya nyebrang
lagi ke Krui. Di pulau pisang setelah menaruh beberapa barang di rumah Erik (sekelik
kak Jon) dan mendirikan tenda dome, kami mulai membahas bahasan-bahasan dasar
organisasi, dari Rekomendasi, AD/ART, GBHPKO, Visi Misi, Rencana Jangka Pendek,
Jangka Menengah, dan Jangka Panjang, SOP Kemediaan, dan beberapa bahasan lain
yang seharusnya dibahas tapi belum dibahas saat itu juga karena PJnya berhalangan
hadir dan memang belum selesai (Mars, Hymne). Terhitung dari pagi sampai sore
kami bahas ini.
Sorenya sekitar
jam 17:00an lebih kami ke pantai sebelah sana lagi, kesana ngunjal pakai 2 motor
yang ganti gantian. Tapi khusus wanita, karena belum ada mahramnya ya boti haha.
Terus ngapain kami di pantai itu? Ya seperti biasa lah ya... Main-main air,
foto-foto, sok-sok ngevlog, ngambil beberapa footage video, dll. Ini nih view pantai
disana.
Lanjut malamnya
kami bakar-bakar ikan. Karena sewaktu sorenya sudah ditanyai dan saya
memberitahu bahwa saya alergi ikan tongkol, jadinya dibelikan ikan yang lain
hehe. Lanjoot lanjooot.. Saat malam hari tiba, yang laki-laki tidur di tenda
dome, kami yang cewek tidur di salah satu kamar dirumahnya Erik.
Minggu, 15 Maret
2020
Hmmmmm ini akan
menjadi hari yang panjang, karena di Hari Minggu ini adalah yang paling banyak
agendanya (alias jalan-jalannya) hehe sekaligus paling have fun. Bangun pagi,
solat subuh, lalu sarapan kue sabi (semacam kayak dorayaki gitu, lupa namanya)
+ saya sarapan roti bawaanku karena pada dasarnya dibawah jam 09:00 saya belum
bisa makan-makanan berat seperti nasi. Kami para wanita sudah menyiapkan diri
dengan mandi sebelum subuh tiba dengan ekspektasi awal bahwa yang lain
(cowok-cowok) juga bakalan sudah kelar urusan mandi permandian setelah subuh eh
ternyata enggak -____- setelah sarapan pagi itu, lanjuttt kami ke mercusuar
pulau pisang. Jadi gengs mercusuarnya itu 5 kolter (lantai) dan kami yang cewek
cewek cuma berani sampai lantai 2 aja huhu abisnya agak ngeri sih dan baru
pertama kali juga kesitu jadi sedikit was-was gituh.
![]() |
Foto saat perjalanan pulang dari Mercusuar |
Setelah dari mercusuar,
kami izin pulang sama tuan rumahnya di rumah Erik (orang tuanya dan neneknya).
Lalu kami lanjut nunggu perahu untuk kami tumpangi menuju sebrang (Krui). Disini
ada dramanya tapi gak akan saya ceritakan dengan bebas di dunia maya, cukup
kami saja yang tahu hahaha. Singkat cerita kami sudah sebrang ke Krui lagi, lalu
lanjut perjalanan ke Pantai Batu Tihang, foto foto sebentar, take video, dan seperti
biasalah ya.. Dan setelah itu ternyata disini para lelaki seperjalanan kami
baru melaksanakan mandi pagi di kamar bilas sekitar pantai hmm. Terhitung kami
menunggu hampir satu jam mereka mandi, lama banget.
Destinasi
selanjutnyaa adalah pantaaiii.. Apa ya aku lupa namanya, ciri cirinya pantainya
itu banyak pohon kelapa. Ini salah satu fotonya, dan aku favorit banget hehe.
Disini kami sekalian makan siang. Baru setelah kelar makan, kami cari masjid
terdekat untuk menunaikan ibadah sholat zuhur. Ga kerasa udah jam 14:00, kami
melanjutkan perjalanan ke Labuhan Jukung Krui. Sekalian santai santai minum es
dugan disini sssssssrrrr.
Abis itu nganter
sekaligus pamitan dengan keluarganya kak Joni. Kami dikasih oleh oleh duku
coba, hihi makasih kak Joni Iskandar :) Tepat jam 16:04 kami sudah di mobil
cateran, dan pamitan ke kak Joni dkk wong Krui. Yessan masih bersama kami, dia
khawatir kalau kami pulang tanpanya nanti ada apa-apa karena asumsi saya
berdasarkan bahasa non verbal Yessan, kondisi jalan di Sedayu hanya bisa
ditaklukan oleh orang-orang yang biasa mengendarari dengan jam terbang tinggi.
Padahal, kondisi kesehatan Yessan sedang tidak baik. Tepat saat keberangkatan
saja, Yessan sudah berkata bahwa dia sedang radang tenggorokan dan tidak bisa
makan nasi. Tapi tetap dia paksakan. Okelah. Alhamdulillah di perjalanan dia
tidak menunjukkan hal hal yang tidak diinginkan.
Sepanjang
perjalanan pulang kami berbagi kisah satu sama lain. Dan baru kami ketahui
bahwa Yessan memang sudah terlatih menyupir mobil sejak kelas 2 SMP (sekarang
dia berkuliah di UIN Lampung semester 10), waw amazing pantas saja. Ohiya singkat
cerita saat adzan magrib kami berhenti di masjid di semak tanggamus menunaikan
shalat jamak taqdim sekalian (karena kemungkinan sampai di Bandar Lampung
paling lambat tengah malam). Lalu setelah beribadah, kami sempat mampir dirumah
Estu di Gisting, dan makan malam disana. Kami juga ditawari untuk bermalam,
namun karena alasan besok paginya kami harus kerja lagi, ya kami tetap
lanjutkan perjalanan. Alhamdulillah, aku sampai dirumah pada pukul 23:00, dan
yang lain enggak jauh-jauh dari waktu itu.
Terimakasih
pengalaman dan ceritanya ya gengs ;)
--------------
Mungkin itu saja
yang bisa saya ceritakan. Haha berasa kayak LPJ perjalanan yah, hanya
melaporkan yang penting-penting saja, gak sampai ke aib-aibnya :D Memang ndak
menggambarkan keseluruhan sedetail-detailnya kisah kami di Pulau Pisang (ya
kalik, tiap orang dari 9 orang punya kisah masing-masing broh), but its enough
for me hehe. Saya mau buat semacam kayak cerpen tapi nanti malah lebih panjang dan
kudu ada kisah menarik dalam tanda kutip. Dalam tanda kutip disini biasanya yaa
tentang cinta-cinta gitu kan. Dan gak ada unsur cinta-cintaan disini, semua adalah
saudara, semua adalah kawan haha. Daripada saya mengada-ngada dan
menambah-nambah cerita lebih baik saya sampaikan realnya: gini, gini, gini,
udah. That’s it. Karena tujuan saya menulis ini untuk lecutan awal pengingatan memori
saya agar ketika saya ingin mengingat masa-masa ini, saya bisa membaca lagi
tulisan ini dan mendapatkan gambaran secara garis besarnya.
0 Komentar