Sobat,
kamu pasti tak asing kan dengan kata kata,”Udah jadi diri sendiri aja, ga perlu
jadi orang laen. Gak usah bohongin apa hati kamu.” Bahkan seorang teman saya
pernah berseloroh, “Jadi diri sendiri memang baik, tapi apa yakin kalau diri
sudah baik?”
*****
Kita
pernah mendengar pepatah kuno yang diambil dari drama William Shakespeare,
bahwa kehidupan ini sesungguhnya, “Panggung Sandiwara”. Dalam Al Qur’an sendiri
kehidupan dunia diistilahkan sebagai permainan, play (la’bun) dan itu juga mirip
drama dalam bahasa inggris “Play”. Apa artinya?
Tanpa
memainkan peran, baik peran menjadi orang baik (protagonis), atau menjadi
pemeran jahat (antagonis), kita sesungguhnya sedang memainkan peran itu. Lalu
kalau kita memainkan peran lagi, maka kita menjadi kebanyakan peran.
Akibatnya,pemeranan kita jadi tidak oke! Tidak menjiwa, tidak mendalam, jadi
tidak lucu lagi. Sehingga hal yang paling mungkin dan selamat tentu kita harus
memainkan peran sebagaimana apa adanya, alias berlaku jujur. Dan itu tentu
berat sekali. Ada yang bilang, jujur pada diri sendiri itu lebih berat karena
harus cukup punya keberanian, karena dengan begitu dia kemudian harus tampil
apa adanya, tidak dibuat buat. Menjadi diri sendiri alias benar-benar orisinal.
Pernyataan
cukup indah dari Presiden Amaerika, Abraham Lincoln yang berbunyi :
“Anda
bisa bohongi seseorang setiap waktu. Anda juga bisa bohongi semua orang dalam
satu waktu, tapi anda tidak bisa bohongi
semua orang dalam setiap waktu. Tanyakan kata hatimu!
Kenapa
begitu? Kata Thomas Paine, penulis novel “Uncle Sam,” hati nurani itu diistilahkan
conscience, yang memiliki arti yang
sama dengan akal sehat. Orang yang tidak bisa mendengarkan dan selalu
membohongi hati nuraninya adalah orang yang tidak sehat pikirannya, atau dengan
ungkapan lain orang gila. M. Focault mengatakan : “Tempatnya orang gila adalah
rumah sakit jiwa. Bukan di alam bebas. Alam bebas adalah milik oraang-orang
yang sehat akal dan jiwanya.
Tentu
saja, kita semua termasuk orang bebas itu, orang yang terus ingin mendengarkan
kata hati kita, pikiran sehat kita, hati nurani kita, yang selalu membimbing
kepada kebaikan dan jalan yang benar.
Sumber
:
Dinukil
dari buku Seri Teladan Humor Sufistik Buku 1 “Kejujuran Membawa Sengsara” oleh
Tasirun Sulaiman
0 Komentar