![]() |
Lokasi : Bukit BLT Pringsewu, Provinsi Lampung. (Doc. Adinut) |
Assalamualaikum.
Hai. Apakabar kak? Saya tahu kamu pasti baik baik saja dengan segala
aktivitasmu disana. Sukses ya. Meski terjadi kesenjangan antara apa yang kau
pelajari sewaktu kuliah dengan aktivitasmu saat ini. Aku selalu mendoakanmu.
Mendoakan sesama muslim yang lain juga yeh. Gak kamu aja. Jadi jangan
kege-er-an :P Termasuk kamu kamu yang baca postingan saya ini, part ketiganya
hehe.
Sudah bukan
masanya lagi saya bermelow-melow riya atas apa yang saya rasakan. Saya sadar
itu. Saya sudah akan memasuki babak kehidupan dimana rentetan pertanyaan, “Mana
calonnya?” dan “Kapan Nikah?” akan mewarnai ditiap – tiap agenda arisan
keluarga, silaturahmi keluarga, dan juga.. Lebaran. Hmm.
Tapi sungguh,
percayalah, tulisan ini penting bagi saya. Karena inspirasi, mengalir begitu
derasnya di saat – saat tak terduga, dan saya harus sigap mengatakan “ya” pada
inspirasi itu. Saat saya sedang mengerjakan skripsi misalnya, saya didatangi
gagasan dan diberi mandat untuk menuliskan hal ini. Bukan hal yang sulit untuk
menuliskannya, hanya saja, dengan adanya tulisan ini, niat untuk melupakannya
menjadi suatu hal yang sangat sulit. Mengapa harus melupakannya? Karena saya
tahu, dia adalah ketidakpastian yang Tuhan datangkan untuk menguji saya.
Menjadi ujian, motivasi, juga sebagai jembatan inspirasi, dan hati saya merasa
tertantang. Hmm lengkap deh ya wkwkw.
Sebenernya saya
malu sekaligus bangga untuk menuliskan hal ini. Saya malu, karena netizen
se-Indonesia yang membaca tulisan saya akan mudah menebak bahwa saya sedang
dilanda kobaran api asmara yang tak kunjung padam. Dan saya bangga. Ya, saya
bangga bahwa saya dikaruniai Tuhan sebuah perasaan jatuh cinta. Jatuh cinta
adalah perasaan paling indah yang pernah manusia rasakan. Karena jatuh cinta,
hari hari yang susah menjadi terasa lebih mudah. Karena jatuh cinta, mengubah
rasa amarah menjadi wajah sumringah. Dan karena jatuh cinta, detik yang berlalu terasa indah.
Percayalah
kawan, saya adalah pribadi yang mudah akrab dengan siapa saja, termasuk lawan
jenis yang ku hendaki untuk akrab denganku. Tapi saya adalah orang yang tidak
mudah untuk jatuh cinta. Buktinya? Baca saja artikelku di blog ini yang
berjudul “Kekaguman yang Menyilaukan” Part I, Part II. Dan kamu
akan terkejut saat melihat tanggal berapa itu diposting. Terlebih lagi, “sosok
penghidup postingan”nya adalah orang yang sama.
SubhanAllah. Maha
Suci Allah yang telah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan, namun antara
aku dan dia masih belum Allah beritahu skenario akhirnya. Biarlah itu tetap
misteri yang akan membuka tabirnya sendiri suatu saat nanti. Yang jelas, dia,
terutama saya, harus belajar mengikhlaskan bilamana kami tidak ditakdirkan
untuk bersama.
Alhamdulillah. Segala
puji bagi Allah. Saya satu diantara milyaran orang di dunia yang merasakan
jatuh cinta. Puji syukur kepada Allah mengaruniakan rasa ini hingga saya bisa
produktif menulis dengan mengangkat tema – tema serupa dan Alhamdulillahnya
lagi, tulisan saya banyak dijiplak orang hahaha (agak jengkel mengenai hal ini,
hahaha). But, whatever of it, i must give thanks to You, my God.
LailahailAllah,
tiada sesembahan selain Allah. Saya sadar se-menyilaukan dan se-kagum apapun
saya padanya, hal tersebut takkan bisa membuat saya berpaling dari-Nya. Tetap
cinta Allah adalah yang utama.
AllahuAkbar. Allah
Maha Besar. Betapa kobaran rasa ini lebih sulit dibendung daripada membendung
sungai Citarum. Astaghfirullah. Semakin bertambah usia, saya semakin sadar
bahwa (harusnya) tidak ada seorang pun yang bisa membuat kita menduakan
cinta-Nya. Membuat kita teralihkan perhatiannya, padahal Dia sang maha Pemberi
Perhatian yang sesungguhnya.
La haula wala quwwata illa billa
hil aliyyil adzim. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
Dan kalimat terakhir, saya sadar sebaik apapun rencana yang saya buat, Allah
punya rencana yang lebih baik. Ada alasan dan hikmah saat Allah menakdirkan
sesuatu. Quote dari Tere Liye ini mungkin bisa mewakili perasaanku, “Ada
orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi
tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap
di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak
bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian.”
- Mungkin akan berlanjut di part berikutnya, depends on my mood :) -
- Mungkin akan berlanjut di part berikutnya, depends on my mood :) -
0 Komentar