Kekaguman yang Menyilaukan Part III

Lokasi : Bukit BLT Pringsewu, Provinsi Lampung. (Doc. Adinut)

Assalamualaikum. Hai. Apakabar kak? Saya tahu kamu pasti baik baik saja dengan segala aktivitasmu disana. Sukses ya. Meski terjadi kesenjangan antara apa yang kau pelajari sewaktu kuliah dengan aktivitasmu saat ini. Aku selalu mendoakanmu. Mendoakan sesama muslim yang lain juga yeh. Gak kamu aja. Jadi jangan kege-er-an :P Termasuk kamu kamu yang baca postingan saya ini, part ketiganya hehe.
Sudah bukan masanya lagi saya bermelow-melow riya atas apa yang saya rasakan. Saya sadar itu. Saya sudah akan memasuki babak kehidupan dimana rentetan pertanyaan, “Mana calonnya?” dan “Kapan Nikah?” akan mewarnai ditiap – tiap agenda arisan keluarga, silaturahmi keluarga, dan juga.. Lebaran. Hmm.
Tapi sungguh, percayalah, tulisan ini penting bagi saya. Karena inspirasi, mengalir begitu derasnya di saat – saat tak terduga, dan saya harus sigap mengatakan “ya” pada inspirasi itu. Saat saya sedang mengerjakan skripsi misalnya, saya didatangi gagasan dan diberi mandat untuk menuliskan hal ini. Bukan hal yang sulit untuk menuliskannya, hanya saja, dengan adanya tulisan ini, niat untuk melupakannya menjadi suatu hal yang sangat sulit. Mengapa harus melupakannya? Karena saya tahu, dia adalah ketidakpastian yang Tuhan datangkan untuk menguji saya. Menjadi ujian, motivasi, juga sebagai jembatan inspirasi, dan hati saya merasa tertantang. Hmm lengkap deh ya wkwkw.

Sebenernya saya malu sekaligus bangga untuk menuliskan hal ini. Saya malu, karena netizen se-Indonesia yang membaca tulisan saya akan mudah menebak bahwa saya sedang dilanda kobaran api asmara yang tak kunjung padam. Dan saya bangga. Ya, saya bangga bahwa saya dikaruniai Tuhan sebuah perasaan jatuh cinta. Jatuh cinta adalah perasaan paling indah yang pernah manusia rasakan. Karena jatuh cinta, hari hari yang susah menjadi terasa lebih mudah. Karena jatuh cinta, mengubah rasa amarah menjadi wajah sumringah. Dan karena jatuh cinta, detik yang berlalu terasa indah.
Percayalah kawan, saya adalah pribadi yang mudah akrab dengan siapa saja, termasuk lawan jenis yang ku hendaki untuk akrab denganku. Tapi saya adalah orang yang tidak mudah untuk jatuh cinta. Buktinya? Baca saja artikelku di blog ini yang berjudul “Kekaguman yang Menyilaukan” Part IPart II. Dan kamu akan terkejut saat melihat tanggal berapa itu diposting. Terlebih lagi, “sosok penghidup postingan”nya adalah orang yang sama.
SubhanAllah. Maha Suci Allah yang telah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan, namun antara aku dan dia masih belum Allah beritahu skenario akhirnya. Biarlah itu tetap misteri yang akan membuka tabirnya sendiri suatu saat nanti. Yang jelas, dia, terutama saya, harus belajar mengikhlaskan bilamana kami tidak ditakdirkan untuk bersama.
Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah. Saya satu diantara milyaran orang di dunia yang merasakan jatuh cinta. Puji syukur kepada Allah mengaruniakan rasa ini hingga saya bisa produktif menulis dengan mengangkat tema – tema serupa dan Alhamdulillahnya lagi, tulisan saya banyak dijiplak orang hahaha (agak jengkel mengenai hal ini, hahaha). But, whatever of it, i must give thanks to You, my God.
LailahailAllah, tiada sesembahan selain Allah. Saya sadar se-menyilaukan dan se-kagum apapun saya padanya, hal tersebut takkan bisa membuat saya berpaling dari-Nya. Tetap cinta Allah adalah yang utama.
AllahuAkbar. Allah Maha Besar. Betapa kobaran rasa ini lebih sulit dibendung daripada membendung sungai Citarum. Astaghfirullah. Semakin bertambah usia, saya semakin sadar bahwa (harusnya) tidak ada seorang pun yang bisa membuat kita menduakan cinta-Nya. Membuat kita teralihkan perhatiannya, padahal Dia sang maha Pemberi Perhatian yang sesungguhnya.
La haula wala quwwata illa billa hil aliyyil adzim. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Dan kalimat terakhir, saya sadar sebaik apapun rencana yang saya buat, Allah punya rencana yang lebih baik. Ada alasan dan hikmah saat Allah menakdirkan sesuatu. Quote dari Tere Liye ini mungkin bisa mewakili perasaanku, “Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian.”

- Mungkin akan berlanjut di part berikutnya, depends on my mood :) -

Posting Komentar

0 Komentar