Kehidupan Rumah Tangga itu Melelahkan Part II



Hai aku Alena, orang yang kisahnya diceritakan pada postingan blog sebelumnya dengan judul yang sama. Awalnya aku dipaksa oleh pemilik blog ini untuk menceritakan kisah tentang keluargaku, tapi aku takut ini jadi aib keluarga, dan awalnya pun aku menolak untuk menceritakan ini. Namun setelah kufikir fikir lagi, pemilik blog ini sudah menyamarkan nama asliku dipostingan sebelumnya, dan berjanji untuk merahasiakan identitas keluargaku, tempat tinggalku, dan sekolahku, maka aku jadi berubah fikiran. Oke akan ku ceritakan kisah keluargaku. Ini bukan aku tidak bersyukur memiliki keluarga yang utuh, atau ini sebagai ajang aku mengeluarkan unek-unek, sama sekali bukan. Ini pembelajaran untuk kita semua yang akan dan sedang menjadi orangtua.

Sejujurnya berat untuk menceritakan ini, lebih berat dari yang Dilan rasa ketika merindukan Milea. Malas, begitu malas menceritakan ini. Pengalaman pahit kok dibagi? Sedari kecil, aku dengan segala keterbatasanku, dituntut untuk menyelesaikan segala sesuatunya semaksimal mungkin. Mungkin ini yang membuatku selalu terpacu untuk menyelesaikan segala sesuatunya dengan nilai tinggi. 

Ku akui, aku sewaktu kecil adalah bocah cilik yang nakal, kalo ada yang ngusilin aku, aku gigit tangannya pake gigi aku, yang saat itu masih berbentuk gigi susu. Aku sendiri tak faham, masa kecilku bahagia atau tidak, seperti yang pemilik blog ini ceritakan di kisahku sebelumnya, kisah semasa kecil, dimana orang tua ku tak lagi canggung mempertontonkan adu mulut mereka didepan aku yang baru berusia 5 tahun. Kurasa semua ini berubah sejak adikku lahir kedua, tepat tahun 2000 dan saat itu usiaku empat tahun.

Adikku mengalami kelainan sewaktu kecil, saat berusia dua tahun, dia tidak dapat berbicara lancar. Tetapi entah mengapa saat itu, aku mengerti apa yang ia inginkan. Sampai umur dua tahun, ia bisu, tak dapat berbicara, bahkan untuk sekadar berbicara kata "Ayah" atau "Ibu". Atas saran dari keluarga ayahku, dia berobat pada awalnya dari Paruh Burung Beo, konon katanya fungsi dari Paruh Burung ini agar si pasien dapat cerewet ceriwis, seperti burung beo. Ada hasilnya, tapi itu tidak bertahan lagi. Lalu cobakan lagi semua saran dari saudara saudaraku. Berobat dengan ini lah, itu lah, segala macam cara yang masih masuk dalam kategori halal dilakukan. Sampai pada akhirnya, saat itu sedang viral berita tentang ustadz di Bekasi yang bisa mengobati semua penyakit, tidak ingin hanya menjadi penonton, Ayahku pun mengajak aku dan sekeluarga untuk ke bekasi, perjalanan yang panjang. Intinya kami (Bapak, Ibu, aku dan adik) menginap di tempat pakde Nashir di daerah Cibubur. Lalu menuju bekasi kami menaiki mobil pribadi pakde yang saat itu jalanan masih lengang.


To be continued..

Posting Komentar

0 Komentar