Pesan untuk Aku di Masa Depan



Tolong dibaca saat kamu berumur 35 Tahun.
Halo apa kabarmu, Sobat? Baik-baik saja, kan. Ini aku, Ajeng Dini Utami, dari masa  lalu. Membawa pesan untukmu di masa depan. Ku awali dengan sebuah tanya. 

Berapa berat badanmu saat ini? Takkan pernah ku lupa bahwa kau dimasa lalu selalu mempermasalahkan berat badan. Sangat khawatir akan penilaian orang lain tentang berat badan. Ingin persembahkan yang terbaik untuk “doi” dengan ikhtiar berbagai macam cara untuk mendapat berat badan ideal. Mulai dari mengonsumsi herbalife, kianpi pil, samyunwan, madu penggemuk badan, hingga madu herbal HPAI ; extrafood. Ku tahu sulit sekali bagimu untuk bertambah berat badan, dikarenakan kamu memang memilih untuk menyibukkan diri pada hal-hal yang akan membuatmu semakin ingin memperdalam rasa tahu, mengasah ketajaman fikiranmu, dan tentunya memperpadat isi “kepala”mu. Okey tak masalah selama itu membawa kebaikan bagimu. Tapi dengan serius aku bertanya, berapa berat badanmu saat ini? Semoga kau telah menemukan formula untuk bertambahnya berat badan tanpa meninggalka aktiviatsmu, atau kau menemukan seseorang yang bisa mewujudkan “impian”mu itu, hehee.
Atau bahkan kau telah memiliki seseorang yang telah lama kamu dambakan akan membawamu di kehidupan yang lebih bahagia. Kalau iya, berapa usia pernikahan kalian dan bagaimana hubunganmu dengan suami-mu, baik-baik saja kan? Kau pernah mencipta khayal tentang kriteria suamimu. Tinggi sedang, berkulit putih, berkacamata, imut, berambut hitam, dan religious, seperti itukah perawakan suamimu sekarang?

Masih ku ingat pula, kau mencipta khayal bahwa kau punya pemikiran, “Pada hakikatnya tak ada satupun pasangan yang benar-benar cocok. Yang ada hanyalah pasangan yang saling mengerti dan memahami pasangannya satu sama lain.” Jadi pertanyaanku saat ini, seberapa berbeda kalian dan seberapa memahamikah kalian satu sama lain?

Bagaimana dengan mertuamu, apakah asik-asik saja kalian? Juga bagaimana hubunganmu dengan orangtuamu, masihkah “beliau” bertingkah menyebalkan seperti dulu-dulu. Generasi 60an yang mencoba untuk melek teknologi namun malah terjerembab dalam teknologi itu sendiri. Sudahkah “beliau” bangkit? Kau ingat betapa lelahnya dikau mengajari beliau teknologi, menasehati beliau bahwa teknologi bukanlah segalanya. Kau ingat, betapa waktumu habis terbuang percuma untuk meladeni segala keinginantahuan beliau tentang android? Kau ingat, “beliau” yang dengan mudahnya menggerutu ketika keinginannya mempelajari facebook, tak terpenuhi? Kau ingat, “beliau” yang dengan mudahnya memuji orang yang dianggapnya sudah membantunya dalam mempelajari teknologi namun dengan mudah pula menghina orang yang tidak lagi meladeni beliau karena keautisannya tentang teknolgi yang sangat parah, bahkan dengan orang yang sama?

Amboi, betapa egoisnya “beliau”. Kau ingat, kau yang sering dimarah-marahi karena dirasa tidak memuaskan keingintahuan “beliau”, padahal kau sendiri tidak lagi bermain facebook, lalu lantas mengemukakan amarah dengan kata-kata kasar seperti, “KAMU GAK BISA APA APA DIN! KAMU BELUM TENTU JADI ORANG!” dan kamu yang sudah tahu bahwa itu hanyalah tameng baginya atas ketidaktahuannya tentang teknologi, berkata dalam hati, “Bodoamat! Bodoamat! Gak perduli Anda berkata apapun.” Kemarahannya hanya angin lalu saja. Amboi, aku tak kuasa menahan air mata saat mengingat mu pada episode ini. Bukan, bukan karena aku sedih kamu dicaci. Tapi aku sedih karena ada saja orangtua yang tega menyiksa batin anaknya, merampas segala ketenangan dalam rumah, dan lebih parahnya lagi, ada saja ornagtua yang lebih memilih untuk MENYENANGKAN HATI TEMAN FACEBOOKNYA dan MENYAKITI HATI ANAKNYA SENDIRI. INI PARAH. JANGAN SAMPAI INI TERULANG PADAMU KETIKA KAMU BERUMAH TANGGA NANTI.

(Belum selesai, kemungkinan akan ada penambahan lagi nanti)
Bila kau sudah membacanya sampai selesai, silahkan jawab dan posting pada blog bersejarah ini dengan judul “Pesan dari Aku di Masa Kini untuk Aku di Masa Lalu”

Posting Komentar

0 Komentar