Beliau, 2016 (Sebuah Cerpen)

Pict by pixabay.com

Beliau berada dipenghujung usianya. Tepat setengah abad usia beliau saat ini. Dibesarkan dari keluarga yang kurang beruntung secara ekonomi tak membuat semangatnya rapuh, apalagi melepuh, meski usia sudah hampir sepuh. Orangtuanya sudah meninggal setelah genap 4 tahun perkawinannya dengan gadis Sumendo. Jadilah beliau yatim sejak usia 34 tahun. Anak bungsu dari 7 bersaudara, mempunyai masalah dengan kakaknya masing-masing, tak pernah akur. Bahkan hingga detik ini. Bukannya tidak rukun, hanya saja orang terdekatnya tak pernah merasa bahwa beliau memiliki kecocokan karakter dari semua saudara kandungnya.

Semasa muda, khususnya sejak SMA, beliau adalah sosok pemuda yang cukup disegani di wilayah tempat tinggalnya, pemuda dengan semangat yang membara, pintar bergaya saat kamera menyapa, selalu ingin belajar dimanapun ia berada, hal inilah yang membuat banyak wanita menaruh hati padanya. Sampai suatu ketika, seorang gadis mencuri hatinya. Dalam hati bertanya-tanya, siapakah gerangan gadis cantik yang bisa membuka gembok hati yang telah ia kunci bertahun-tahun? Tak disangka dia menguntit gadis itu diam-diam, diketahuilah bahwa gadis itu aktif di kepengurusan masjid. Beliau melakukan segala cara agar bisa dekat dengan gadis itu, jadilah beliau adalah orang yang aktif mengurusi kegiatan di masjid, menjadi remaja islam masjid, menjadi guru ngaji anak-anak SD. Berubah sangat drastis. Bahkan saat beliau memberikan diri untuk melamar gadis tersebut, semua syarat ia sanggupi. Berhenti merokok, yes. Tidak menghubungi mantan lagi, yes. Belajar agama lebih dalam, yes. Semua syarat terpenuhi, hingga satu hari yang akan dikenang sepanjang masa itu tiba.

Mereka menikah. Setahun kemudian melahirkan seorang anak perempuan cantik seperti wanita yang telah beliau nikahi. Tahun tahun pertama dalam bingkai keluarga kecil, bagaikan masih dalam tahap level 1 sebuah permainan. Mudah ditebak kearah mana kesulitan digulirkan oleh sang maha Penulis, dan dengan mudah mereka berdua membuat benteng pertahanan. Namun tahun ke tahun berlalu, 4 tahun kemudian, mereka melahirkan anak kedua. Tampan. Namun garis wajah tak seperti beliau yang lebih tegas. Anak keduanya ini sungguh lucu sekali. Perjalanan biduk rumah tangga ternyata tak semudah anggapan pemuda-pemuda lalai, juga tak sesulit wanita-wanita yang bercerai. Ternyata banyak badai dan ombak besar di depan siap menghadang.

Setelah melahirkan anak kedua, anak pertama beliau tak pernah lagi melihat beliau satu kamar dengan istrinya. Sejak saat itulah hubungan seperti tidak harmonis lagi. Beliau yang semula sudah tak merokok, lalu mencoba merokok lagi, dan akhirnya terus menerus merokok tanpa henti. Bahkan sudah diperingatkan Tuhan dalam sakit batuk-batuknya saat berumur setengah abad kurang dua tahun, beliau tetap kambuh merokok setelah sembuh. Tak sampai disitu, beliau bahkan sedikit demi sedikit meluntur nilai keislamannya, mulai meningglkan sholat, tak terlalu menggubris ceramah agama. Semenjak ketidakharmonisan itu, suami istri seperti kucing dan anjing yang selalu bertengkar hampir setiap hari. Mengerikan. Tapi itulah kenyataannya.

Lalu bagaimana nasib dua orang anak yang menjadi anak beliau dan wanita Sumendo itu? Bisa kau bayangkan, jadi apa dua anak itu sekarang? Apakah menjadi seorang anak yang broken home, kurang rasa kasih sayang? Oh justru tidak, mereka berdua tumbuh menjadi pemuda-pemudi normal tentu dengan jalan hidup masing-masing. Anak pertama telah tumbuh menjadi gadis muslimah yang sangat menjaga harga diri dan kehormatannya, sedangkan anak kedua menjadi seorang anak yang maniak game adventure, maniak juga dengan anime lovers. Mereka berdua memang dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang kurang harmonis. Tapi lihatlah, mereka tidak merokok, minum alkohol, apalagi mengonsumsi drugs!

Beliau berada dipenghujung usianya. Tepat setengah abad usia beliau saat ini. 3 anggota keluarganya seperti seolah seakan memusuhi beliau. Menolak ketika dipanggil. Merengek ketika dimintai tolong. Namun merajuk ketika meminta duit. Dasar anak-anak. Hehe. Beliau seperti mencari teman lain dalam kehidupannya selain istri, juga anak-anaknya. Alhasil beliau yang juga mendapat amanah sebagai kepala wilayah, saat setiap malam diadakan ronda, beliau mencurahkan rasa ingin bercerita disini, bersama warga-warga dan tokoh adat.

Beliau berada dipenghujung usianya. Tepat setengah abad usia beliau saat ini. Beliau sebenarnya sangat penyayang, namun cara beliau disalahartikan oleh anaknya sendiri seperti tindakan overprotektif. Saat kau membaca ini, tokoh aku tak lain dan tak bukan adalah Ibu dari anaknya anak pertama beliau!

Posting Komentar

0 Komentar