Suatu hari yang mendung, langit tampak muram, cahaya
matahari bersembunyi dibalik pekatnya awan. Karena hujan yang tak cukup reda,
baru pukul 13:30 saya dapat menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim setelah
selesai dari agenda. Saya sembahyang di salah satu masjid kawasan Rajabasa,
Bandar Lampung. Kondisi masjid lengang, tak ramai seperti biasanya karena ini
tanggal merah. Meski tak ramai dan tak padat, beberapa anak kecil
berlari-larian kesana kemari.
“Lina, sini nak.. Jangan lari-lari.” Ujar salah
seorang ibu pada anaknya tak bisa diam. Tak ada yang aneh dan mengherankan pada
awalnya. Barulah setelah saya berwudhu dan kemudian sujud di rakaat kedua, anak
kecil tersebut dengan sigap membuka gordyn hijab pembatas di depan saya. Sreet!
Terbukalah hijab berwarna biru muda. Hijab pembatas di masjid itu berjumlah 20
Gorgyn kecil dengan tinggi 160 cm dan disangga dengan tiang kayu. Disitu saya
langsung shock! Pingin benar saya menghentikan shalat dan langsung saya tutup
hijabnya, mengingat ada beberapa ikhwan yang sedang shalat dan beberapa
tidur-tiduran di sebrang sana.
Ibu dari anak tadi hanya berkata pada Ibu-ibu yang
lainnya, “Wah Lina ngebuka tuh hijabnya.”
Hanya berkata seperti itu. TANPA ADA ACTION UNTUK
MEMBETULKAN HIJABNYA. Astaghfirullah, SUNGGUH TERLALU. Shalat saya jadi kurang
khusyuk karena hijab yang terbuka dan wajah saya yang menjadi terlihat
diseberang sana. Tanpa menunda-nunda lagi, tepat setelah saya selesai pada
rakaat terakhir shalat dzuhur, langsung saya tutup hijabnya. Ya ampun betapa
tidak pekanya...
-KISAH 2-
Di
sebuah mushola kampus ternama kawasan Bandar Lampung menjadi tempat ibadahnya
mahasiswa 2 fakultas yang saling berdekatan selalu ramai orang beribadah disana
karena memang jumlah mahasiswa 2 fakultas yang cukup banyak dan mayoritas
muslim. Mushalanya pun dibuat lumayan besar, dengan pembagian tempat sholat
yang seimbang, tak ada yang lebih luas dan tak ada yang lebih sempit baik
tempat ikhwan-akhwatnya. Namun terdapat pemandangan yang sedikit membuat mata
ini panas. Tepatnya dibagian tempat ibadah akhwat, sampah dimana-mana, bahkan
diatas sajadah, sampah itu begitu mencolok mata yang memandangnya. Sampah-sampah
itu berupa tissu, bungkus permen, maupun bungkus camilan yang biasa dijajakan
di warung-warung. Beberapa kali ada yang berinisiatif membuang sampah-sampah
itu, meski bukan dia yang menyampah. Beberapa menit kemudian, ada lagi, ada
lagi, seakan tak pernah habis saja. Sudah jelas peringatan di dinding mushola
itu, “KEBERSIHAN ADALAH SEBAGIAN DARI IMAN”. Hanya pajangan semata tanpa arti.
Astaghfirullah. Peka dong!
Nantikan kisah-kisah lainnya....
Nantikan kisah-kisah lainnya....
0 Komentar