Kisah Manusia yang Tak Peka (Based on True Story)


pict by pixabay.com

-KISAH 1-
Suatu hari yang mendung, langit tampak muram, cahaya matahari bersembunyi dibalik pekatnya awan. Karena hujan yang tak cukup reda, baru pukul 13:30 saya dapat menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim setelah selesai dari agenda. Saya sembahyang di salah satu masjid kawasan Rajabasa, Bandar Lampung. Kondisi masjid lengang, tak ramai seperti biasanya karena ini tanggal merah. Meski tak ramai dan tak padat, beberapa anak kecil berlari-larian kesana kemari.
“Lina, sini nak.. Jangan lari-lari.” Ujar salah seorang ibu pada anaknya tak bisa diam. Tak ada yang aneh dan mengherankan pada awalnya. Barulah setelah saya berwudhu dan kemudian sujud di rakaat kedua, anak kecil tersebut dengan sigap membuka gordyn hijab pembatas di depan saya. Sreet! Terbukalah hijab berwarna biru muda. Hijab pembatas di masjid itu berjumlah 20 Gorgyn kecil dengan tinggi 160 cm dan disangga dengan tiang kayu. Disitu saya langsung shock! Pingin benar saya menghentikan shalat dan langsung saya tutup hijabnya, mengingat ada beberapa ikhwan yang sedang shalat dan beberapa tidur-tiduran di sebrang sana.
Ibu dari anak tadi hanya berkata pada Ibu-ibu yang lainnya, “Wah Lina ngebuka tuh hijabnya.”
Hanya berkata seperti itu. TANPA ADA ACTION UNTUK MEMBETULKAN HIJABNYA. Astaghfirullah, SUNGGUH TERLALU. Shalat saya jadi kurang khusyuk karena hijab yang terbuka dan wajah saya yang menjadi terlihat diseberang sana. Tanpa menunda-nunda lagi, tepat setelah saya selesai pada rakaat terakhir shalat dzuhur, langsung saya tutup hijabnya. Ya ampun betapa tidak pekanya...


-KISAH 2-
Di sebuah mushola kampus ternama kawasan Bandar Lampung menjadi tempat ibadahnya mahasiswa 2 fakultas yang saling berdekatan selalu ramai orang beribadah disana karena memang jumlah mahasiswa 2 fakultas yang cukup banyak dan mayoritas muslim. Mushalanya pun dibuat lumayan besar, dengan pembagian tempat sholat yang seimbang, tak ada yang lebih luas dan tak ada yang lebih sempit baik tempat ikhwan-akhwatnya. Namun terdapat pemandangan yang sedikit membuat mata ini panas. Tepatnya dibagian tempat ibadah akhwat, sampah dimana-mana, bahkan diatas sajadah, sampah itu begitu mencolok mata yang memandangnya. Sampah-sampah itu berupa tissu, bungkus permen, maupun bungkus camilan yang biasa dijajakan di warung-warung. Beberapa kali ada yang berinisiatif membuang sampah-sampah itu, meski bukan dia yang menyampah. Beberapa menit kemudian, ada lagi, ada lagi, seakan tak pernah habis saja. Sudah jelas peringatan di dinding mushola itu, “KEBERSIHAN ADALAH SEBAGIAN DARI IMAN”. Hanya pajangan semata tanpa arti. Astaghfirullah. Peka dong!

Nantikan kisah-kisah lainnya....

Posting Komentar

0 Komentar