Kekaguman yang Menyilaukan Part II

Suatu hari di parkiran Fakultas Teknik Universitas Lampung

Bila malam tiba, meski langit dengan atau tanpa taburan gemintang, tak ada bedanya, karena hadirmu memberi cahaya dalam perjalanan panjang menyusuri hutan cobaan, sungai air mata, dan medan terjal kehidupan lainnya. Tetaplah berpijar, jadi pemantik bagi orang di sekitarmu. Ini adalah tulisan kesekian kalinya yang aku buat tokoh utamanya adalah kamu, meskipun aku tahu, barangkali kamu takkan pernah membaca tulisan ini, tak mengapa. Membaca tulisan-tulisanmu di media sosial saja itu sudah cukup bagiku, Kak.

Salahkah aku bila menyimpan butiran rasa itu dalam bingkai hati?
Aku rasa tidak. Karena ini adalah anugerah dari sang Maha Pemilik Hati, salah satu tanda-tanda kekuasaan-Nya, membuatku lebih dewasa dalam bertindak, berfikir, dan berprilaku. Aku pun meyakini, bila Tuhan mengirimkan rasa pada hati kita, bukan berarti kita harus merasa malu, atau menampik rasa yang ada. Jatuh cinta itu lumrah. Fitrah setiap manusia. Namun yang harus digarisbawahi disini adalah : karena cinta berasal dari sang Maha Pemilik Hati, maka dekati dulu Dia, tanya pada-Nya apakah memang dia yang pantas untukmu?


Untuk kakak ************* (disensor. bukan hitungan karakter namanya yang sebenarnya), terimakasih telah menginspirasiku sampai hari ini.

Posting Komentar

0 Komentar