Harusnya Bagaimana? – Sebuah Puisi


Harusnya tak seperti ini
Harusnya tak begini
Dan berbagai ‘seharusnya’ yang lain
Menampar setiap sel syaraf di otakku
Memelintirnya hingga menjadi pipa pipa kecil tak beraturan
Menyeret, mengikat, membelenggu, sampai jumlah kerusuhan sel tak terhitung lagi
Jalinan yang rumit, membuatnya sulit untuk diluruskan kembali

 Tak berdaya
Hanya seonggok manusia rapuh
Berharap kasih-Nya
Berharap uluran tangan-Nya

Setiap melihat yang lain, aku merasa.. Aku mah apa atuh..
Yang lebih rupawan dariku tentu banyak,
Yang lebih populer dariku juga banyak
Yang lebih bergelimpang harta dariku juga tentu banyak
Apalagi, yang lebih pintar dariku.. sudah tentu pasti banyak..
Lantas apa yang bisa ku banggakan?
Tak ada!

Kau tahu kawan, mengejar sesuatu selain bukan karena-Nya itu lelah.. sungguh, lelah..
Ada semacam luka perasaan saat kamu meniatkan sesuatu bukan karena-Nya dan hasilnya tak sesuai dengan ekspetasi..
Sudah lagi, saya tahu.. Kalian hebat, SUKSES, retorika MANTAP, IP TINGGI..
Banyak hal yang aku pelajari dari kalian..
Stop! Jangan memaksaku untuk membeli topeng di pasar Keterbelengguan
Stop! Aku lelah bersandiwara!
Stop! Aku ingin diriku yang dulu


Ya Tuhan, jauhkan hamba dari rasa cinta Dunia.. Hamba lelah ya Tuhan..

Posting Komentar

0 Komentar