![]() |
Pict from pixabay.com
|
Satu detik berikutnya adalah satu detik yang takkan terulang selamanya. Seberapapun penyesalan yang terplitur, tetap waktu akan tetap bersikukuh dalam pendirian nya untuk tidak melangkah mundur. Penyesalan banyak terjadi di tiap hari, tiap detik, tiap helaan nafas ini berembus, dan tiap langkah kaki menapak. Dengan segala kerendahan hati, dari lubuk hati yang paling dalam saya memohon kesediaan saudara/saudari untuk memaklumi apa adanya saya. Sepertinya, sang Maha Menciptakan sudah menggariskan saya begini. Bertahan dengan sifat yang tak bisa dibilang sempurna, namun juga ingin menghindari bahkan sama sekali menghapus sifat jelek namun semua terasa sia-sia.
Saya
orang yang tak sabaran namun bukan berarti saya tak bisa bersabar. CEKATAN
bukan berarti tergesa-gesa. Bukan berarti menyimpulkan segala sesuatu dengan
gegabah. Bukan berarti pula memaksakan kehendak pribadi. Ramadhan akan segera
datang, namun permintaan maaf ini bukan karena 10 hari lagi Ramadhan terhidang. Terlebih karena kematian sewaktu-waktu bisa datang menghadang, jadi saya putuskan untuk membuang jauh-jauh ego dan mengempiskan rasa bangga, bahwa saya, Ajeng Dini Utami, dengan ini meminta maaf sedalam-dalamnya dari sudut hati yang paling mendasar, tepatnya terletak pada ruangan bernama jiwa, yang mana dilantai 1 dan seterusnya masih berdiri kokoh ruangan yang bernama "kecewa, dongkol, kesal, amarah, rasa terhina, rasa pengasingan, rasa tidak dianggap." Semoga dengan pemberian bantuan maaf dari Anda dapat sedikit demi sedikit mengikis ruangan lantai 1 dan seterusnya yang atmosfirnya kurang bersahabat.
0 Komentar