The Kusut's Day Ever! 16 Maret 2015

pict by pixabay.com

Malam sudah semakin larut, waktu menunjukan bahwa hari akan memulai dari awal lagi. Rasa kantuk yang begitu menyergap tak kuhiraukan karena kegregetan akan dirikuuh yang beberapa hari ini bahkan sudah dalam waktu 2 minggu tidak rutin mengupdate blogger dan melanjutkan cerpen cerpenku yang tak kunjung selesai karena tak dimulai untuk menyelesaikannya (kembali). Mata ini serasa sudah 5 watt, tapi apa daya, keinginan yang menggebu - gebu untuk menulis kisah hari ini harus segera kuturuti, kalau tidak, aku akan tertidur dan esok aku takkan sempat mengabadikan kisah yang sudah lewat (16 Maret) sedangkan kisah baru akan muncul esok (17 Maret).

Kusut, satu kata yang sulit terucap. Hingga batinku tersiksa. Halaaah apa kidah, malah nyanyi coba -,-
Oke daku akan berkisah dari awal pagi kuliah. Tak ada yang aneh, atau ganjil. Namun perkuliahan pagi hari ini ada peristiwa yang membuka lebar mata saya.

"Jeng, ini presensinya mana ya?" Saat dosen menjelaskan, salah seorang mbak-mbak yang mengambil mata kuliah Etika Bisnis namun bukan bagian dari angkatan abi 13 tiba-tiba menyeletuk.
"Oh iya juga ya mbak, coba bilang sama bapak itu mbak." Jawabku kemudian.
"Gak berani.. Ntar aja deh."
Beberapa saat kemudian aku bertanya dengan teman yang duduk dibelakangku, tolong bilangin pak Dosen untuk ngasih presensinya, eh malah entar entar aja katanya. "Rusuh pasti kalo ngisi presensi setelah kuliah berakhir." Aku agak mendengus, sebal.
Beberapa saat kemudian aku mencari timing yang pas untuk berkata, "Maaf pak, presensinya mana ya?"

Saat sang dosen akan mngganti slide yang dijelaskanya, ia kembali pada posisi laptopnya, yang berarti ada jeda untuk berbicara secara sopan. Kusapu tatapan sekeliling, semua hening, beberapa ada yang mengobrol dengan suara riuh rendah. Akulah yang akan menghancurkan keheningan itu. 5 detik kemudian..
Tangan kanan ku acungkan ke atas, "Maaf pak.."
Wajah teman seruangan sekejap menegang, mereka berfikir bahwa aku akan bertanya sesuatu hal yang jawabannya panjang bin lebar yang berakibat pada bertambahnya rasa kantuk dalam mulut mereka.
Seketika pak Dosen melihat. Aku melanjutkan, "Presensinya dimana ya, Pak?"

Posting Komentar

0 Komentar