![]() |
pict by pixabay.com |
Rabu, 28 Januari 2015. Cuaca cerah, mentari tersenyum tanpa ada tanda tanda membuat langit menangis. Agendaku hari ini makan duren dengan keluarga BEM U KBM Unila jam 9 di Graha Kemahasiswaan Lantai 2 dilanjut bada dzuhur akan berkonsultasi mengenai PKM-GT kepada bapak Hartono di ruangannya, Gedung B FISIP. Tak kusangka kisah hari ini cukup membuat otakku tertawa tanpa henti hingga akhirnya ku putuskan untuk membuat kisah ini lebih abadi dengan menulisnya pada Microsoft Word dan berbagi pada sobat semua baik dunia nyata maupun maya.
Ngaret lagi, ya,
lagi dan lagi. Janji jam 9 sudah dikampus nah ini jam 9 baru siap2 dari rumah.
Jam setengah 10 baru sudah siap berangkat. Astaga benar benar kebiasaan buruk!
Jangan ditiru yaah pemirsaah :D Saat akan menyalakan motor, tiba-tiba mendapat
telepon dari Happy Rahmawati kalau nilai mata kuliah Perilaku Organisasi aku,
Happy, dan Tria kosong di tugas kelompok pertama, disitu kaget bukan kepalang
karena baru dikabari. Alhasil keberangkatanku ke kampus untuk ke graha divonis tertunda. Akhirnya laptop kuhidupkan,
membuka gmail langsung mencari email yang pernah aku kirimkan ke dosen mata
kuliah Perilaku Organisasi. Aku screenshoot bukti bahwa kami mengirim tugasnya
tertanggal 29 September 2014. Butuh 30 menit untuk menyalakan laptop, membuka
gmail hingga akhirnya mem-bluetooth
hasil screenshoot ke smartphoneku.
Untuk
mengantisipasi bapak itu minta bukti softcopy tugas kami, aku bawalah laptop
dan modem smartfren. Hep kalo dosennya udah datang sms aja aku ya, pesan
singkat yang aku kirim ke Happy. Saat jarum jam menunjukkan pukul 10, aku sudah
mau berangkat menuju kampus, mbak Umi Fadilah (Asisten Kementrian Komunikasi
dan Informasi Bem Unila) menelfonku.
“Jeng dimana?”
“Iya mbak ini lagi
otw jalan” (padahal masih matiin laptop)
“Oh
yaudah ditunggu ya, Jeng..”
“Iya
mbak.”
Sewaktu
tiba di graha, ku lihat para Pimpinan BEM dan beberapa staff sudah melipir ke
parkiran depan graha.
“Mbak
Um, mau kemana?”
“Ini
mau ke tempat saudaranya kak Joko, yuk..”
“Hayu
mbak..”
Aku kira rumah saudaranya kak Joko dekat dari
sini, eh tenyata..
“Mita
sama Ajeng aja yuk”
“Iya
tapi gak ada helm nih”
“Itu
di graha BEM ada helm, ambil aja, tapi tanggung jawab ntar dipulangin” seru
mbak Ayu Diah Palupi
“Oh
iya mbak” seru Mita sembari buru buru ke graha lantai 2 untuk mengambil helm.
Detik berlalu,
menitpun berganti, Mita belum juga kunjung turun ke bawah. Aku iseng mengecek
handphone, eh rupanya ada 4 pesan masuk dari Happy.
“Ajeng
dosennya udah dateng…”
“Ajeng…
Where are you…”
“Ajeng???”
“Mumpung
byk tmen ni jeng…”
Astaga dia sms dari tadi.
“Iya
hep aku ksna.” Balasku singkat.
Mita sudah sampai menuju parkiran lagi.
Bingung aku.
“Ochi,
Mita, Ajeng dihubungin temen Ajeng untuk ngurus nilai, dosennya udah dateng,
Ajeng ngurus nilai dulu ya.”
“Itu
bilang aja dulu sama mbak Umi.” seru Ochi
“Mbak
Ajeng ngurus nilai dulu ya mbak di jurusan, ntar kalo udah kelar Ajeng
nyusul..”
“Oke jeng.. Gak apa apa”
“Oke jeng.. Gak apa apa”
“Mit,
Chi entar sms aja ya alamatnya kalau sudah sampai”
“Oke
Jeng”
Kukendarai motor
tercinta menuju kampus orange. Kutapaki jalan FISIP Unila yang berdestinasi ke
ruangan dosen Perilaku Organisasi dengan perasaan biasa saja. Stay cool broh!
Dan walhasil semua mata memandang ke arahku! Aku pun bersorak wooh! Lompat
kegirangan, tapi ku terjatuh dari kursi goyang! Hehehe nyanyi sikit tak ape ape
laa.
Ku buka pintu
ruangan dosen yang sudah setengah terbuka, di dalam ternyata sudah terdapat
beberapa mahasiswa jurusanku yang juga complain mengenai nilai yang terjun
bebas.
“Pak langsung shock
saya pak dapet nilai E!” Ujar Epoy, salah satu teman sejurusanku yang IP
semester satu-nya sudah masuk kategori sempurna.
“Oh kamu kosong
dinilai UTS ya, kamu coba cek ditumpukan itu tuh.” Balas pak Efendi, selaku
dosen mata kuliah Perilaku Organisasi.
Butuh beberapa
menit untuk Epoy memeriksa tumpukan kertas UTS, hingga akhirnya..
“Ini pak ada.”
“Oh ada toh.. 100
lagi nilainya. Yaudah jadi A yah.”
“Iya pak.. Makasih
ya.”
“Kamu kenapa dengan
nilainya nak?” Tanya dosen kepada kawanku, Happy Rahmawati.
“Ini Pak, tugas
pertama nilaiku kosong, yang satu kelompok dengan saya juga nilainya kosong.
Ajeng sama Tria.”
“Iya nak ini nilai
tugas kelompok pertama yang bapak kasih ke kalian.”
“Ini nih pak Ajeng ada buktinya kalo kita
beneran ngirim ke email bapak tanggal 29 September”
Ku raih smartphone dari tasku, ku tunjukkan screenshot bukti pengiriman e-mail yang
ku blutut tadi pagi dari laptop kesayanganku.
Aku segera berseru, “Iya pak kami kirim, saya
cek tadi pagi eh ternyata gak kekirim pak.”
“Walah kok baru
tadi pagi? Kan ada laporan pengirimannya biasanya”, tatap pak Dosen dengan raut
wajah heran dan bertanya tanya seolah keterlambatan daku mengecek sent item e-mail adalah sebab dari pak
Dosen memberikan nilai 0 pada tugas kelompok pertama bagi kami bertiga.
“Nah itu dia pak,
saya baru ngecek tadi pagi.” Balasku dengan muka prihatin.
“Tapi bapak masih
bisa liat tugasnya kok, jadi ada pertimbangan biar nilai kami tidak kosong,
Pak.” Aku berkata lagi.
Pak Dosen menatap
kami lamat-lamat, “Yaudah mana tugasnya”
“Sebentar ya Pak.”
Tas yang sedari tadi dipunggung, dengan sigap ku buka tuk meraih laptop beserta
chargernya. Ku nyalakan langsung. Satu menit berlalu. Laptop siap digunakan.
Modem ku tancapkan di salah satu lubang usb laptop. Menunggu lagi. Satu. Dua. Dua
menit waktu terlampaui, internet tersambung dan oh sialnya low connection, terpaksa harus menyambung kembali. Sekarang
jaringan internetnya lumayan baik, buka google, tanpa menunggu lebih lama lagi,
gmail ku buka. Dan oh sialnya lagi, koneksi jelek sekali. Menunggu lagi. Satu.
Dua menit waktu terlampaui, internet tersambung dan oh sialnya low connection.
“Mana nak
tugasnya?”
“Ini pak lagi coba
buka gmailnya, agak lambat jaringan disini.” Ujarku.
Kami mengusahakan
agar bisa segera mendownload tugas yang sudah kami kirim. Sedangkan pak Dosen
sibuk melayani keluhan mahasiswa lain yang nilainya masih kosong. Kebanyakan
dari mereka mengelukan nilai yang kosong pada UTS sehingga nilai yang tertoreh
di KHS adalah nilai yang jatuh – sejatuhnya. Aku berusaha mempercepat koneksi
dengan mengetik refresh berkali kali di laptopku, meski itu tak berefek apapun.
Juga berdoa pada Yang Maha Kuasa, agar kesempatan berpihak pada kami sekarang.
Tanpa kenal menyerah, Happy juga berusaha login ke gmail dari Tablet
Advance-nya. Ia melangkah keluar ruangan dosen untuk menangkap wi-fi signal.
“Jeng bisa nih
Jeng, apa id sama password gmail kamu.”
Langsung ku raih
tablet dari genggamannya dan ku ketik id beserta password gmailku. Satu. Dua.
Dua menit waktu terlampaui, wi-fi tersambung dan oh sialnya low connection again.
Masuk ke ruangan
dosen lagi, dan akhirnya koneksi internet di laptopku sedang bagus, jadi
langsung saja aku download tugas yang pernah aku kirim ke pak Dosen.
“Hep ini udah bisa
kok
Satu. Dua. Dua
menit waktu terlampaui, internet memang lancar tapi oh sialnya file yang pernah
kami kirim ukurannya besar. Jadi terpaksa menunggu lagi. Satu. Dua. Dua menit
waktu terlampaui, 5 menitpun dilewati. Perjuangan yang tak sia sia (memangnya
sudah berjuang apa, wkwk) berbuah hasil. Semua file berhasil di download. Dari
cover tugas, daftar isi dan kata pengantar, serta bab 1 sampai akhir.
“Ini pak selesai
kami download.”
Setelah file cover
dibuka, baru kami sadari ternyata Faisal Avrizal adalah bagian dari kelompok
kami.
“Wah Faisal udah
pulang kayaknya, coba kamu telepon Jeng.”
Sial, yang
mengangkat malah seorang wanita.
“Nomor yang anda
tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi. The number you are calling can’t be reach, pleash try again.” Suara
call centre deck menyapa.
Happy
keluar ruangan mencari Faisal dan langsung ketemu.
“Sal.. Sini bentar.
Ternyata kamu bagian dari kelompok kami di tugas kelompok pertama dari Pak
Efendi.” Seru Happy.
“Ah.. Apa iya?”
Faisal mendengus.
“Iya, nih liat ada
nama kamu.” Tunjuk Happy ke layar monitorku.
“Wah iya, wah parah
kalian ini”
Happy membela diri,
“Lah orong lupa kok.”
“Jadi kamu waktu
ada delegasi ke luar lampung itu nitip nama aja ya di tugas?” Pak Dosen berkata, memutus percakapan
antara Happy dan Faisal.
Faisal cengar –
cengir, “Hehe iya Pak.”
Singkat cerita, nilai Aku, Happy, Tria dan Faisal
berubah naik. Happy berubah 2x malah.
“Wah Bapak baik banget, makasih banyak ya pak.” Happy
berkata takzim.
Alhamdulillah hari ini tumben tumbenan kebiasaan
burukku membawa keberuntungan. Coba kalau aku tidak ngaret dateng ke grahanya,
jam 9 sudah dateng lantas pergi ke gedong tataan begitu saja, lah siapa yang
akan mengurus nilai kami? Lalu kalau untuk masalah akan konsultasi PKM ke dosen
pembimbing, sama sekali tidak ada kepastian. Dosen ybs tidak bisa dihubungi,
ditelepon gak bisa, disms gak dibales, apasih maumu? Hehe malah nyanyi kan.
0 Komentar