“Lampung Bercahaya, Menebar Cinta Dengan Sastra” adalah
tema dalam talkshow kepenulisan yang di adakan oleh Forum Lingkar Pena
(FLP Lampung) pada Ahad, 4 Mei 2014. Berlokasi di Rumah Albi, Alfamart Jalan Ki
Maja IV, Wayhalim, Bandarlampung.
1.
Mbak
Sinta Yudisia (Ketua FLP
Pusat, Peraih Novel Terpuji FLP Award)
2.
Mbak
Peringga Ancala (Penulis Novel,
Juara II Tulis Nusantara 2013)
3.
Mbak
Tuti Sitanggang (Penulis
Cerita & Novel Anak)
Acara ini di hadiri sekitar 50 peserta, terdiri dari pelajar, mahasiswa,
dan umum. Namun kebanyakan peserta yang hadir adalah pelajar SMP yang di dampingi guru. Pelajar SMP tersebut
juga adalah sekumpulan siswi yang aktif menulis dan tergabung dalam komunitas
penulis di sekolahnya. Ada juga anggota FLP Metro, masyarakat dari Pringsewu,
Lampung Timur juga pun ada. Banyak buah ilmu yang bisa kita petik dari sini.
Menariknya, talkshow kepenulisan ini tidak hanya penuturan monoton dari para
permateri, ada pula performance khusus
oleh kak Firman Junaedi. Berikut adalah sekilas cuplikannya.
Beliau memberi tahu tips menirukan suara-suara hewan seperti : Ayam, Bebek,
Gajah, dsb. Dari kesemua permateri, tak ada satupun yang memiliki background pendidikan lulusan sarjana
sastra. Ini mengindikasikan bahwa menulis bisa dilakukan siapa saja dan dimana
saja, tanpa batasan dimensi ruang dan waktu. Tak ada yang bisa menghalangi
penulis dalam menulis kecuali jika penulis itu sendiri merasa tak punya waktu
luang dan ragu-ragu untuk memulai menulis.
Seperti pada pelatihan-pelatihan kepenulisan yang pernah saya ikuti, mbak
Ringga memberikan wejangan kepada seseorang yang merasa tak punya waktu luang
untuk menulis. “Semua orang punya kesibukan masing-masing. Saya adalah ibu
rumah tangga beranak satu, tapi saya tak mengganggap hal itu menghalangi saya
menulis. Saya selalu meluangkan waktu tiap malam saat sunyi, saat anak saya
sudah tertidur. Setiap orang juga punya waktu dan cara yang berbeda saat mereka
memulai untuk menulis. Sesibuk apapun kita, pasti kita punya waktu luang.
Manfaatkan waktu luang dengan sebaik-baiknya. Karena seseorang yang ingin
menjadi penulis yang baik, takkan punya alasan untuk menyerah, takkan punya
alasan untuk membuatnya terpenjara dengan rutinitas dan melupakan kreativitas
dengan menulis” ujarnya.
0 Komentar