Gerakan Seribu Pohon, Langkah Bersama Lestarikan Lingkungan Hidup #LampungSayangBumi #Day1



Foto ramean, 3 baris pertama masih jelas, setelahnya udah abstrak wkwk


Sebagaimana kita ketahui, isu sampah plastik dan pembakaran hutan menjadi topik fenomenal yang menjadi berita utama saat ini. Tercemarnya lingkungan menyebabkan polusi air, polusi udara, dan polusi polusi lainnya. Setiap hari, berapa banyak sampah plastik yang kita gunakan, mulai dari sedotan plastik, bungkus plastik, kantong asoy, dan botol plastik. Lalu terbuang, hanya bisa terurai setelah puluhan tahun bahkan ratusan tahun? Fenomena mencengangkan lainnya, saat ini lautan kita dipenuhi dengan sampah plastik, dimakan oleh hewan laut, lalu hewan laut kita makan, maka sama saja kita memakan sampah plastik yang sudah dimakan oleh hewan laut yang kita makan. Selain itu, polusi udara juga begitu marak, kebakaran hutan, menyebabkan tidak seimbangnya oksigen di udara yang berdampak langsung pada kualitas udara yang dihasilkan.

Yuhuuuuu
Berangkat dari fenomena tersebut, reusable.co sebagai inisiator, disupport oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Lampung, Pertamina, Tunas Honda, Kopi Halom, dan Dompet Dhuafa Lampung, didukung oleh puluhan komunitas di Bandar Lampung yang bergerak dibidang sosial, pendidikan, dan lingkungan (termasuk juga komunitas saya yakni semangat hijau dan ruang sosial yang ikut berpartisipasi di dalamnya) mencanangkan gerakan seribu pohon sebagai salah satu upaya untuk mengurangi polusi udara dan sebagai sumbangsih dalam menjaga lingkungan hidup terutama pohon sebagai paru-paru dunia. Agenda seribu pohon ini diadakan di Bandar Lampung pada tanggal 21-22 September 2019. Perlu digaris bawahi, saat launching seribu pohon di hari Minggu nanti, simbolis penanaman seribu pohonnya tidak seribu lubang, lalu ditanami seribu pohon,  tidak. Tapi 1000 pohon ini dibagikan sebelum hari H kepada kawan kawan yang berminat untuk menanam dan merawatnya dimana saja.
 
Komunitas Ruang Jingga, salah satu fasilitator workshop saat memperkenalkan diri
Hari pertama yakni workshop 1000 pohon di TDM Honda Lantai 3 pada pukul 09:00 – 12:00 dengan 2 sesi penyampaian materi. Materi pertama, yakni tentang Marine Debris (sampah pesisir) difasilitatori oleh M. Fitrah Lazuardion dari Gajahlah Kebersihan, sedangkan materi kedua sekaligus praktek yakni tentang Eco-Enzyme dan Eco-Brick yang difasilitatori oleh relawan dari Ruang Jingga. Materi kedua menambah wawasan peserta bahwa sampah yang berada disekitar kita bisa kita kurangi pembuangannya, bisa kita repackage dan kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Proses eco-brick

Proses eco-enzyme
Dalam materi kedua, yakni Eco-Enzyme dan Eco-Brick adalah pengolahan sampah rumah tangga (household waste) baik sampah organik maupun non organik. Eco-enzyme khusus pengolahan sampah organik (sampah dapur/buah-buahan), sedangkan eco-brick khusus pada pengolahan sampah non organik. Eco-enzyme adalah fermentasi yang dihasilkan dari sampah dapur dan difermentasi pula dengan gula. Takarannya 1 liter air, dicampur dengan 100 gram gula merah, dan 300 gram kulit buah, difermentasi dan diproses hingga 90 hari. Manfaatnya sebagai pembersih alami; pencuci tangan, pencuci piring, pengganti detergen. Kalau ditanah sebagai vertilizer, mampu mengubah CO2 menjadi CO3, dan kalau di air, 1 liter eco-enzyme dapat menetralisir 10 liter air.

Kelompok 1 (dari total 5 kelompok)

Bagusan ini sih fotonya dibanding foto sebelumnya haha, tapi kk ketua klmpknya ndak ada

Sedangkan eco-brick adalah pengolahan sampah non organik berupa : plastik-plastik bekas kresek, bungkus sachet sampoo, detergen, pewangi, dsb. Nah caranya, sampah sampah non organik tersebut dimasukkan ke dalam botol seukuran 1,5 liter (tidak usah diisi air) dengan digesrek menggunakan bambu di mulut botolnya. Tadi saya bersamsa satu kelompok saya prakter eco-brick, dalam botol 1 liter saja mampu menampung sampah non organik lebih dari 2 kresek besar. Nantinya botol botol yang sudah terisi sampah non organik ini bisa digunakan sebagai pengganti bata, hiasan taman, dsb. Seru deh pokoknya!
 
inframe dari kiri ke kanan : Cindy Aldila, Widya Ayu, Ishmah Nurhidayati, dan Ajeng Dini Utami

ini bibit pohon yang akan dibagikan!

Sayangnya, sampai saat ini belum ada produk resmi yang dikeluarkan dengan berasal dari pengolahan sampah organik non organik ini, semua masih sebatas DIY (Do It Yourself). Ya semoga pada kedepannya acara-acara seperti ini akan terus ada dengan sasaran yang tidak hanya anak-anak muda saja. Kemudian saat selesai praktek eco-enzyme dan eco-brick, acara ditutup dengan penyerahan plakat, pembagian bibit pohon, dan foto bersama.
#FromCommunityToSociety #LampungSayangBumi #GerakanSeribuPohonLampung

Posting Komentar

0 Komentar