Kamu adalah Apa yang Kamu Dengar



Sebuah lagu adalah alkohol bagi jiwa. Ini benar. Sudah saya rasakan sendiri. Dimana saat saya sedang sepi sendiri, saya mendengarkan lagu-lagu barat, lagu-lagu pop masa kini, tetiba jiwa diguncang letupan kebahagiaan yang tak bisa terdefinisi, Sebuah lagu, memabukkan. Saat mendengarkan sebuah lagu, kita akan secara utuh menjiwai isi lagu itu, sedikit demi sedikit jiwa kita akan terbawa seperti apa yang ada di lagu itu, benar kan?

Telinga saya sudah mendengar begitu banyak lagu, begitu banyak melodi-melodi maupun instrumental. Semuanya indah. Semuanya membahagiakan. Dalam lagu sendiri banyak genrenya, ada genre mellow, bahagia, dll (ini menurut kacamata saya sendiri). Bahkan beberapa tahun belakangan digegerkan oleh sebuah instrumen kematian yang saat kita mendengarnya saja serasa ingin bunuh diri, benarkah? Saya coba cari tahu. Saya mencari “instrumen kematian” di youtube. Lau apa yang saya dapat? Sungguh melodi-melodi hitam bagai bunga layu yang mencengkram jiwa yang tandus. Mendengarkannya saja sudah membentuk dengan sendirinya, pola fikir di otak saya, “Hidup ini kejam, sungguh sadis, sungguh tragis..” Dan berbagai macam visualisasi dan pengimajinasian berlebihan yang dapat terlintas dibenak.

Benar apa yang katakan sejak awal. Alkohol. Lagu. Memabukkan. Membuat kita lupa segalanya. Membuat kita lupa akan tugas-tugas kita, apa yang kita lakukan. Menjadikan kita malas. Menjadikan jiwa ini kerdil, menjadikan jiwa ini lemah. Menjadikan jiwa ini mau-maunya saja tunduk pada hawa nafsu yang seharusnya bisa kita kendalikan. Bahkan membuat kita lupa pada sang Pencipta. Astaghfirullah. Sekian banyak orang menjadi mabuk, bukan karena khamr, anggur, wiski, ataupun bintang (merk Beer), tapi karena sebuah lagu.

Tak dipungkiri, saya adalah salah seorang yang bisa mabuk karena sebuah lagu. Saat saya telah sibuk mencari-cari lagu bagus yang akan didengarkan, biasanya tak lama kemudian saya bosan dengan lagu tersebut, lalu mendownload lagu lain untuk memuaskan pendengaran saya. Membuat bahagia sih, tapi entah mengapa hati ini tak pernah tentram.

Semenjak saya berhijrah di awal-awal perkuliahan, saya sudah jarang lagi mendownload lagu-lagu terbaru, saya punya kesibukan baru yang justru tak hanya membuat bahagia, tapi juga tentram. Mulai semester 2 kuliah, sekitar 2 tahun yang lalu, saya mulai rajin mendownload murattal qur’an, saya dengarkan saat saya sedang senggang. Amboi, mashaaAllah serasa seperti dahaga jiwa ini tersegarkan sedikit demi sedikit. Damaiii sekali rasanya, beda ketika mendengarkan lagu-lagu. O jelas. Sungguh indah Ayat-ayatmu, Tuhan. Seumur hidup takkan pernah ada yang bisa menandingi betapa PUITIS, AGUNG, nan MEGAHnya firman-firman-Mu yang tertuang dalam kitab suci sepanjang zaman.

Posting Komentar

0 Komentar