Tulisan Tak Berjudul Part VII

pict by pixabay.com

Sudah berulang kali ku menulis wabilkhusus yang berjudul "Tulisan Tak Berjudul" sekarang saja sudah part VII, hemBbbbbbZzzz *alay mode on :D sudahlah tanpa perlu basa basi, yang memang tak berniat membaca postingan saya, silahkan pergi sejauh jauhnya dari alamat situs ini! Kata maaf dalam konteks habluminannas diucapkan ketika kita melakukan salah terhadap orang lain, atau bertindak tidak sesuai dengan aturan agama, adat, dan aturan setempat yang berlaku. Jadi, saya tak akan meminta maaf pada siapapun kali ini. Saya rasa tulisan ini tak menyudutkan pihak manapun, dan kalaupun ada beberapa pihak yang saya sebutkan dalam postingan ini, pastilah itu sudah saya samarkan sesamar-samarkan sehingga tak bisa dikira-kira dan diduga-duga. Saya hanya ingin segala apa yang saya rasa bisa tercurahkan, whatever you say, whatever you think.. I just repaired my soul which too day too broke.

Mungkin saat saya telah tiada di dunia, sedikit tulisan ini bisa abadi di dunia maya. Teruntuk semua orang yang pernah, sedang, atau akan dekat dengan saya. Ayah, ibu, adik, kakak kakak, mbak mbak, sobat, sebangsa setanah air.. Mengapa saya tak bisa seperti Anda semua? Saat orang lain mengomeli saya, saya akan terus kefikiran, sehingga menghambat kerjaan saya yang lain.. Dan juga saat saya telah berusaha maksimal pada suatu pekerjaan, mengapa di pekerjaan lain saya sangat low sekali? Takdirkah?

Saya tak pernah menuntut banyak dari kalian SEMUA. Saya hanya ingin kalian mengerti bahwa saya bukanlah malaikat yang selalu baik, tak pernah melakukan kesalahan, dan selalu bisa diandalkan. Tidak Pak, Bu, Kawan.. Saya tak akan pernah sesempurna itu..
Dan maaf juga jika saya harus katakan, saya bukanlah tipikal wanita yang "terlalu" rapih. Jujur, saat saya memiliki kamar yang sempit, saya lebih suka di biarkan berantakan saja. Karena dokumen, atribut, aksesoris, dan barang yang saya punya itu banyak. Lantas kalau dibereskan, akan dikemanakan barang2 yang sebejubel itu? Dibuangkah? Oh tidak.. Jelas solusi cerdasnya adalah memperluas kamar, right? Tapi bagaimana jika si "RAJA" bukannya bermodal sedikit memperluas kamar "PESURUH"nya namun malah menyuruh si PESURUH ini membuang sebagian barangnya agar kamar terlihat rapih? Cerdaskah ia? *ThinkAgain

Entahlah akan jadi seperti apa saya di masa mendatang, yang jelas saya berkeyakinan bahwa uang memang bukan segalanya, tapi segalanya perlu uang. Sudahlah, akan banyak kata terbuang percuma jika saya lanjukan. Saya tutup saja. Sekian.


Posting Komentar

0 Komentar