Surat dari Aku untuk Aku Part II

pict by pixabay.com

Hai bagaimana kabarmu saat ini? Sehat wal afiat kah? Sayang, ini surat kedua dari Adinut untuk kamu.. semoga ini menjadi pengingat bagi kamu ya dikala kamu marah, kesal, dan kecewa dengan orang – orang sekitarmu yang tak mengerti apa yang kau inginkan. Yang tak bisa mengerti bahasa non-verbalmu. Sabar ya sayang. Jangan biarkan perlakuan orang lain mempengaruhi sikapmu terhadap mereka. Camkan ini baik – baik, Jeng : “apapun yang mereka lakukan padamu, tetap berbuat dan bersikap baiklah pada mereka. Maafkan kesalahan mereka. Kalau sulit, maafkanlah secara perlahan. Pelan – pelan saja. Tahukah kau Ajeng, saat kau memaafkan mereka, itu justru membuat jiwamu tenang seperti air yang mengalir di sungai yang bersih. Mengapa? Karena hatimu tak dipenuhi api membara dan dendam sehingga semua terasa tenang seperti memandang ke langit biru.

Kau tahu filosofi garam kan? Kamu telah membaca berulang kali loh filosofi tersebut, sekarang tinggal terapkan pengetahuan yang sudah kamu dapatkan itu. Pahit getirnya kehidupan layaknya segenggam garam. Tak lebih tak juga kurang. Jumlah dan rasa pahit itu sama dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita miliki. Kalau hati kita sekecil gelas, maka pahit getir kehidupan akan terus menyiksa. Namun jika hati kita seluas samudera, maka kegetiran dan rasa asin itu tidak lagi mampu merusak suasana batin kita.
Jadi Ajeng, ketika engkau merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu jalan yang bisa kamu lakukan, yakni lapangkanlah dadamu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.

Posting Komentar

0 Komentar