Rangkuman Sharing Time Dakwah @Shifrunn “Serius, Mau Diem Aja?”


Penampakan dekorasi acara sebelum acara dimulai
Pada hari Minggu ku turut Ayah ke kota, naik delman istimewa ku duduk di muka hahaha. Hello welcome back to my blog, Sobat! :) Hari Minggu, 01 September 2019 kemarin gue berkesempatan hadir dalam agenda kajian yang diselenggarakan oleh LDK Madani ITERA (Institut Teknologi Sumatera), dikemas dalam nuansa sharing time dengan Tajuk, “Serius, mau diem aja? Kalau benar jangan diam, suarakan!”. Agendanya bertempat dirumah kayu ITERA pukul 08:00 – 11:30. Sharing time kedatangan pemateri dari salah satu tim YukNgajiID (tim nya Ustadz Felix Siauw), seorang influencer dakwah yang sering menyuarakan kebenaran, membela yang haq, menentang yang bathil, dan ber-amar makruf nahi munkar lewat karya-karya berupa video video pendek berdurasi 1 menit di instagram @shifrunn.

Influencer dakwah dengan nama akun @shifrunn bernama asli Ridwan Kholid. Beliau pada sesi pertama sharing time menceritakan awal mulanya beliau sebelum berhijrah. Beliau lulusan SMA dari suatu daerah yang berkeinginan melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Mindset beliau, “gue harus keluar dari daerah gue ini, biar gue berkembang.” Dan satu kota yang terlintas dibenaknya pada saat itu adalah Yogyakarta. Akhirnya beliau berkuliah di ISI (Institut Seni Indonesia) Jurusan Seni Musik. Beliau menceritakan kisahnya selama kuliah, masa-masa sebelum beliau hijrah, namun satu hal yang selalu tertanam di benaknya sejak kecil, saat kecil ia bertanya pada kiyai NU, “Pakde, apakah boleh saya menekuni musik? Apakah musik itu haram?” Lalu dijawablah “Menekuni musik boleh, yang penting kamu jangan lupa sholat 5 waktu, harus selalu dijaga”. Dan sampai dewasa, pemahaman itu tertanam hingga dewasa.

Sesi sharing-sharing | sumber : dokumentasi pribadi Adinut
 Hidup di lingkungan yang sangat heterogen, juga latihan-latihan bermain alat musik, sampai di satu titik, beliau merasakan bosan tak tertahankan. “Kullu man alaiha fan”, segala sesuatu yang ada di dunia ini terbatas, segala kesenangan yang melalaikan dari mengingat Allah adalah awal dari kehampaan hati. Islam adalah satu-satunya agama yang paham konsep kebahagiaan yang hakiki. Salah satu konsepnya adalah tunda dan batasi kalau ingin mendapatkan kenikmatan abadi. Tiada ketenangan kecuali mengingat Allah. Agama islam mengingatkan kita pada zat yang abadi.

Awal mula akun shifrun dibuat adalah namanya atas saran Ustadz Felix Siauw, dibuat pada awal tahun 2018. Dari situ shifrun menyalurkan passionnya untuk berdakwah dan mulai mempelajari editing video. Baru beberapa hari akun @shifrun dibuat, sudah mendapat banyak followers hingga 10k, lalu dibanned, buat akun lagi, lalu dibanned lagi. Karena beliau sudah passionnya dakwah, maka akan mencari cara untuk melampiaskan. Dan pada akhirnya @shifrunn dibuat lagi dan akhirnya bisa bertahan hingga sekarang.

Lalu terkait bagaimana menyuarakan kebaikan agar tidak diam-diam saja, konsep ini perlu dipahami: Ada yang haq, dan ada yang bathil. Kacaunya dunia bukan karena banyaknya kedzoliman yang ada, tapi karena diamnya orang-orang baik. Kalau orang-orang baik tidak menjadi bagian pergerakan dari solusi, maka mereka akan menjadi bagian dari problem itu sendiri.
“Tidak pantas bagi seseorang yang pintar berdiam diri di tempatnya.”
“Anak panah yang tidak meninggalkan busurnya tidak akan mengena.”
“Sehebat apapun singa, kalau tidak meninggalkan kandang, tidak akan mendapat mangsa.”
“Kayu gaharu tidak akan wangi jika tidak dipisahkan dengan jenis kayu lainnya.”

Dan saat sesi bertanya, sebagian besar bertanya tentang bagaimana tanggapan tentang suatu harokah yang melarang mencela pemimpin? Lalu Ridwan Kholid menjawab dengan lantang, “nahi munkar bukan masuk bab ghibah. Karena orang yang melakukan kemungkaran tersebut menampakkan di depan publik. Terkait pemimpin dan rakyat, ibaratnya imam dan makmum. Tugas makmum adalah berkewajiban mengingatkan pemimpin. Analoginya, imam yang paling depan memimpin sholat, dan dibarisan shaf depannya adalah orang-orang yangs sekiranya bisa mengingatkan apabila ada yang keliru, nah shaf depan ini analogi yang cocok untuk para ulama.”

(Rangkuman oleh Ajeng Dini Utami)

Posting Komentar

0 Komentar