Warning! Kisah ini bisa dibilang adalah kisah pribadi, bukanlah kisah
motivasi. Jadi bagi yang tidak berkenan membaca dan tidak ada keinginan
sedikitpun untuk membaca ini saya persilahkan keluar dari postingan ini dan
cari postingan saya yang lain yang lebih bermanfaat di baca untuk Anda. Jujur,
saya tak pernah sedikitpun memaksa Anda untuk membaca tulisan saya. Tak pernah.
Kalaupun Anda ingin membaca sampai habis yasudah, toh itu adalah keinginan Anda,
bukan atas paksaan dari saya. Tapi saya peringatkan di awal saja, tema yang
saya tulis pada postingan kali ini bukanlah sesuatu yang bisa menginspirasi Anda.
Membaca tulisan saya kali ini sampai habis dapat menyebabkan lelah, lesu,
lunglai, lemas dan tidak berdaya. Jadi, bagi Anda yang sudah membaca tulisan
saya sampai bagian ini dan mulai merasa kelelahan yang amat sangat, saya
sarankan untuk berhenti membaca postingan saya ini.
Saya pun tak berharap tulisan ini bisa di baca khalayak ramai. Lihatlah,
takkan pernah saya tautkan postingan ini ke Twitter ataupun Facebook saya.
Karena tujuan saya menulis ini adalah mengungkapkan sesuatu yang susah untuk
dikemukakan secara verbal dan langsung. Saya adalah seseorang yang sulit untuk
berbicara dengan bebas, saya lebih mudah untuk menuturkan suatu hal melalui
katakata, karena memang hobi saya menulis dan saya menyukai segala hal terkait
kepenulisan. Okay langsung saja ke TKP.
Pernahkah Anda semua merasa tidak ingin mengeluh namun lingkungan Anda senantiasa
mengeluh dan Anda muak terhadapnya? Pernahkah anda merasa ada yang kurang dalam
diri anda dari segi “visual” dan anda sudah berusaha untuk meminimalisir bahkan
menghilangkan kekurangan itu selama bertahun tahun dan hasilnya sia-sia belaka?
Pernahkah pula orang di sekitar anda terus mencemooh kekurangan anda yang
bertahun tahun anda usahakan untuk tidak terlalu nampak secara visual, namun
kekurangan itu masih saja tetap nampak? 1 kata saat ini, MUAK!! Saya tak
mengerti apa yang ada di dalam fikiran orang terdekat saya saat mereka berkata
bahwa saya sangat pemilih dalam hal “what i’m eating” and “why i’m eating that”.
Padahal tidak seperti itu juga kenyataan yang terjadi. Mereka hanya melihat,
bukan merasakan apa yang saya rasakan. Sepertinya pun mereka malu mempunyai
buah hati se-Jelek saya. Ya Tuhan, betapa lelah saya menata hati saya berpuluh
tahun untuk utuh kembali dan untuk digunakan kembali. Dan mereka dengan
mudahkan menghancurkan hati saya (lagi) dalam seketika masa!
Hanyalah Engkau tempatku bergantung Tuhan, Saya seperti seseorang yang
sebatang kara di dunia ini. Tak ada kakak untuk tempat bercerita, tak ada kakak
untuk tempat berkeluh-kesah ;( ya Tuhan segera beritahu mereka, “orang terdekat”
saya bahwa ini memang takdirmu.. saya lelah menjelaskan kepada mereka, karena
toh mereka akan berkali-kali berdalih dan tak mendengar ucapan saya yang mereka
anggap anak kecil ini. Saya akan mencoba dan memang keinginan saya sejak lama
bahwa saya ingin mengabdi, mendekatkan diri secara lebih dekat padaMu Tuhan,
lalu jemputlah Saya ketika kita sudah semakin dekat dan Saya tlah rindu padaMu.
Jujur Saya tak kuat menjalani hidup seperti ini setiap hari. Saya takkan marah
jika di bilang bodoh dan jelek, meski itu tak sepenuhnya benar, hehehe.. tapi
saya akan naik pitam saat seseorang dengan eksplisit dan tersuratnya mengatakan
bahwa saya “KURANG GIZI” di depan orang banyak, apalagi apabila ia hanya bisa
mencemooh dan memberikan SOLUSI BASI!!
0 Komentar