Tulisan Tak Berjudul Part III



Warning! Kisah ini bisa dibilang adalah kisah pribadi, bukanlah kisah motivasi. Jadi bagi yang tidak berkenan membaca dan tidak ada keinginan sedikitpun untuk membaca ini saya persilahkan keluar dari postingan ini dan cari postingan saya yang lain yang lebih bermanfaat di baca untuk Anda. Jujur, saya tak pernah sedikitpun memaksa Anda untuk membaca tulisan saya. Tak pernah. Kalaupun Anda ingin membaca sampai habis yasudah, toh itu adalah keinginan Anda, bukan atas paksaan dari saya. Tapi saya peringatkan di awal saja, tema yang saya tulis pada postingan kali ini bukanlah sesuatu yang bisa menginspirasi Anda. Membaca tulisan saya kali ini sampai habis dapat menyebabkan lelah, lesu, lunglai, lemas dan tidak berdaya. Jadi, bagi Anda yang sudah membaca tulisan saya sampai bagian ini dan mulai merasa kelelahan yang amat sangat, saya sarankan untuk berhenti membaca postingan saya ini.


Saya pun tak berharap tulisan ini bisa di baca khalayak ramai. Lihatlah, takkan pernah saya tautkan postingan ini ke Twitter ataupun Facebook saya. Karena tujuan saya menulis ini adalah mengungkapkan sesuatu yang susah untuk dikemukakan secara verbal dan langsung. Saya adalah seseorang yang sulit untuk berbicara dengan bebas, saya lebih mudah untuk menuturkan suatu hal melalui katakata, karena memang hobi saya menulis dan saya menyukai segala hal terkait kepenulisan. Okay langsung saja ke TKP.

Pernahkah Anda semua merasa tidak ingin mengeluh namun lingkungan Anda senantiasa mengeluh dan Anda muak terhadapnya? Pernahkah anda merasa ada yang kurang dalam diri anda dari segi “visual” dan anda sudah berusaha untuk meminimalisir bahkan menghilangkan kekurangan itu selama bertahun tahun dan hasilnya sia-sia belaka? Pernahkah pula orang di sekitar anda terus mencemooh kekurangan anda yang bertahun tahun anda usahakan untuk tidak terlalu nampak secara visual, namun kekurangan itu masih saja tetap nampak? 1 kata saat ini, MUAK!! Saya tak mengerti apa yang ada di dalam fikiran orang terdekat saya saat mereka berkata bahwa saya sangat pemilih dalam hal “what i’m eating” and “why i’m eating that”. Padahal tidak seperti itu juga kenyataan yang terjadi. Mereka hanya melihat, bukan merasakan apa yang saya rasakan. Sepertinya pun mereka malu mempunyai buah hati se-Jelek saya. Ya Tuhan, betapa lelah saya menata hati saya berpuluh tahun untuk utuh kembali dan untuk digunakan kembali. Dan mereka dengan mudahkan menghancurkan hati saya (lagi) dalam seketika masa!

Hanyalah Engkau tempatku bergantung Tuhan, Saya seperti seseorang yang sebatang kara di dunia ini. Tak ada kakak untuk tempat bercerita, tak ada kakak untuk tempat berkeluh-kesah ;( ya Tuhan segera beritahu mereka, “orang terdekat” saya bahwa ini memang takdirmu.. saya lelah menjelaskan kepada mereka, karena toh mereka akan berkali-kali berdalih dan tak mendengar ucapan saya yang mereka anggap anak kecil ini. Saya akan mencoba dan memang keinginan saya sejak lama bahwa saya ingin mengabdi, mendekatkan diri secara lebih dekat padaMu Tuhan, lalu jemputlah Saya ketika kita sudah semakin dekat dan Saya tlah rindu padaMu. Jujur Saya tak kuat menjalani hidup seperti ini setiap hari. Saya takkan marah jika di bilang bodoh dan jelek, meski itu tak sepenuhnya benar, hehehe.. tapi saya akan naik pitam saat seseorang dengan eksplisit dan tersuratnya mengatakan bahwa saya “KURANG GIZI” di depan orang banyak, apalagi apabila ia hanya bisa mencemooh dan memberikan SOLUSI BASI!!

Tuhan, kirimkan saya seseorang yang memahami bahwa di balik senyum yang selalu saya tampakkan ini, ada duka yang tak bisa saya ceritakan secara langsung.. Sewaktu saya berkata bahwa saya baik-baik saja, kapankah ada seseorang yang menjawab perkataan saya tadi dengan ucapan “Saya tahu kamu tidak sedang baik-baik saja, mari selesaikan permasalahan ini bersama-sama”?

Posting Komentar

0 Komentar