Tuhan, mengapa saya berbeda? Menatap foto-foto orang lain, membuat saya
agak iri dengan mereka. Mengapa saya seperti ini ya Rabb? Apa yang menyebabkan
Engkau menciptakan saya begini? Sungguh wahai Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya belum menemukan hikmah dibalik semua ini. Tolong beri petunjukMu,
agar hamba tidak tersesat ya Allah. Engkau tahu ya Tuhan, bertahun-tahun saya
menanggung perasaan sedih ini, sejak 2002 hingga sekarang. Tak ada seorang pun
yang tahu, kecuali Engkau, saya dan orang yang sedang baca blog saya ini. Ini
bukanlah aib yang dengan mudahnya saya ceritakan. Ini juga bukan suatu
kebanggaan yang harus saya pamerkan. Terlebih lagi ini bukanlah soal saya
mengeluh, sama sekali bukan. Bukan pula sebagai bentuk pengkhianatan terhadapMu
Tuhan. Karena sesungguhnya saya mencintaiMu lebih dari apapun. Dan saya takut
padaMu lebih dari apapun.
Saya hanya ingin menuangkan apa yang ada dalam fikiran saya. Karena fikiran
ini ibarat air, jika tidak di pergunakan semestinya dan air itu berlebihan,
maka akan menjadi bencana yang besar, seperti banjir. Saya tidak bermaksud
untuk menyesali hidup saya, namun sekali lagi saya katakan, saya belum berjumpa
dengan sang “hikmah” tersebut. Betapa sakitnya ya Tuhan, sedari SD saya berbeda
dibanding yang lain, memiliki ukuran tubuh minimalis di banding yang lain.
Meski tinggi saya dikatakan normal, mengapa itu tidak terjadi juga dengan b***t
badan saya ya Tuhan? Berbagai cara sudah saya lakukan sedari dulu, mulai dengan
makan lebih banyak di banding yang lain, hingga memakai pil china untuk
menambah isi pada saya, dan langkah terakhir, saya membeli nutrisi h**ba****
sampai habis hampir 2juta, namun tetap saja hal yang saya inginkan tetap saja
tidak terwujud, tidak menjadi nyata seperti yang saya mau.
Betapa lelahnya Tuhan, memakai topeng titik dua tanda kurung ini di saat
saya menangis sekeras-kerasnya dalam hati berharap ada sesuatu yang bisa
merubah saya. Saya telah menolak waktu untuk mengajak saya menikmati kenikmatan
hidup, saya sangat tertekan sekali setiap hari memikirkan saya makan apa, apa
yang selanjutnya saya makan. Apakah usaha saya tidak cukup ya Allah untuk
mendapatkan apa yang saya inginkan? Saya ingin jodoh seperti “dia” namun saya
sangat merasa belum sama sekali pantas menjadi his life companion dikarenakan
secara kasat mata orang kebanyakan, saya hanya dianggap sebagai anak kecil yang
hanya bisa meminta uang dari orangtua, saya tak pernah di anggap dewasa.
Mungkin terlalu tinggi bagiku untuk berharap bahwa he
is the one and being my destiny.
Kau tahu Tuhan, otak ini dipenuhi dengan fikiran
macam-macam dan saya ingin merealisasikan semua. Namun, saya ragu. Saya ragu
mendapat pengalaman yang sama seperti dulu. Dulu, saya sangat sibuk organisasi
bahkan dulu saya makan hanya sekali sehari. Itu membuat saya seperti SKULL ON
and make my weight is very very tinny.
Banyak orang yang berkata “kamu cantik kalo gemukan dikit”. Tahukan tuhan,
itu cambuk terperih yang pernah saya rasakan, betapa kata-kata itu terulang
terus menerus dan selalu terngiang dalam ingatan saya, seolah olah saya sangat
kurus sangat kurus sangat kurus sekali. Ada juga beberapa yang meremehkan,
menghina, mencaci-maki saya. Saya tidak kuat ya Tuhan seperti ini terus. Saya
ingin hidup normal seperti yang lainnya. Bisa menggunakan baju yang mereka
suka, tanpa harus ada rasa khawatir akan kelonggaran atau terlihat kecil.
Memang, penilaian manusia bersifat relatif, dan penilaianMu jauh lebih adil ya
Tuhan. Namun kata kata yang sering di ucapkan mereka tak pernah bisa hilang
dari fikiran saya, itu memenjarakan saya yang membuat saya merasa hancur
berkeping-keping, dan satu-satunya cara agar saya bisa keluar dari penjara ini
adalah membuktikan pada mereka bahwa saya bisa menjadi “normal”. Mengapa sampai
saat ini saya belum bisa membuktikannya ya Allah. Apakah engkau tidak
mengizinkan saya untuk membuktikan pada mereka?
SD, SMP, SMA, dan sekarang kuliah, bukan waktu yang singkat bagi saya
menanggung beban ini sendirian. Saya bingung harus lari kemana untuk mengadu
selain padaMu. Mereka hanya bisa menilai saya dari luar. Ya, saya yang ceria
dan selalu tersenyum, ambisius, pintar, tanpa mereka tahu saya sangat hancur,
hancur sehancur-hancurnya hati saya. Betapa berat hidup saya tanpa benar-benar
ada sesorang yang bisa mengerti saya. Saya tidak punya kakak, saya tidak punya
tempat untuk menyalurkan keluh-kesah. Saya selalu diajarkan sedari kecil untuk
melupakan dengan cepat kesalahan yang ada. Namun terjadi, saya bukan orang yang
mudah melupakan apa yang orang lain gores di hati saya. Ibarat tembok mulus,
ketika ia ditancap paku lalu paku itu di cabut, maka akan menghasilkan bekas
yang takkan pernah hilang. Yaa, manusiawi seperti itu memang. Saya dengan mudah
memaafkan seseorang, namun saya tidak akan pernah lupa apa yang sudah ia
perbuat terhadap saya. Saya sangat butuh petunjukMu, Tuhan. Saya tidak ingin
tersesat dalam hidup ini.
Kau tahu kawan? Betapa hidup ini terasa hampa tanpa ada seorangpun yang
bisa mengerti Anda. Mungkin Anda berfikiran saya terlalu memandang hidup ini
sulit. Tapi inilah realitasnya kawan, saya sangat tertekan dengan keadaan saya
sekarang yang sangat menuntut saya untuk menajdi sempurna. Sedangkan saya tidak
sesempurna yang orang lain fikir. I’m broken inside, i’m afraid, i’m tired, i’m
lonely, and i’m not perfect like it seems.
What should i do, God? If i already doing all the way of making my want
come true, but it didn’t works? I really need You here, in my heart. Give me a
strong shoulders to face this sorrow and wish me to be better tomorrow.
0 Komentar