Banyak
tantangan yang saya lalui saat Diklat Tahap II Mahasiswa Bidik Misi ini, mulai
dari posisi duduk yang tidak pas, badan yang kurang fit, dan rasa kantuk yang
luar biasa.
Tidak seperti Diklat Tahap I sebelumnya,
saat ini posisi duduk saya berada di tengah tengah yang membuat saya tak bisa
menyender. Yah memang tak bisa di salahkan saya juga sih, karena kali ini
sayanya mau memperhatikan dengan seksama permateri yang tampil beserta isi
materinya, tidak seperti minggu kemarin.
Suasana saat mahasiswi memperhatikan materi. |
Tema diklat
kali ini menurut saya sangat amat terasa ‘mainstream’
yaitu “Nasionalisme & Kebangsaan”. Dalam pidato, ceramah, atau orasinya,
banyak kalimat yang menurut saya hanya di ulang-ulang saja, hanya berbeda
dengan diselipkan sinonim dari kata-kata yang dilakukan perulangan itu.
Alangkah bosannya saya dalam keadaan seperti ini, lama lama saya merasa seperti
ikan yang sudah mati yang mengikuti arus kemana air bermuara. Entah mengapa
orang orang di sekitar saya terasa menikmati tema ‘membosankan’ itu, tau bisa
jadi mereka berpura pura menikmati agar terlihat sebagai mahasiswa yang
menghargai orang. I’m sick with all of
this. Iya saya tahu, tema ini memang penting disampaikan teruntuk mahasiswa
yang notabene berhutang budi pada negara dan warga negara yang menyubsidi biaya
kuliahnya. Namun cara penyampaiannya yang menurut saya tidak memungkinkannya
materi tersebut meresap dengan baik pada pemikiran saya.
Penjelasan salah satu permateri secara monoton hanya di balik meja saja. Saya lupa nama permaterinya. |
Pada sesi
pertama, judul yang dibawakan adalah Skenario Masa Depan Peran Perjuangan Pmuda
di Era Pembangunan Demokratisasi disampaikan oleh Alumnus FISIP Jurusan
Pemerintahan. Banyak kata-kata bertele-tele yang menurut hemat saya, bisa
disingkat tanpa berkata panjang lebar. Inti dari yang disampaikan yaitu : Dalam
periodeisasi sejarah, tahun 1928 dikenal peristiwa Sumpah Pemuda, tahun 1945
adalah tahun kemerdekaan Indonesia, sedangkan tahun 1998 adalah masa reformasi.
Nah disini ditekankan oleh permateri bahwa ‘perubahan’ itu ada periode nya,
entah 10 atau 20 tahun kemudian. Kita bisa lihat dari kejadian di atas, selama
17 tahun dari di kumandangkannya Sumpah Pemuda, maka muncullah kemerdekaan
Indonesia. Dan untuk saat ini, kita bisa saja memperkirakan Skenario Masa Depan
bahwa tahun 2020 akan ada perubahan pada negara Indonesia ini, entah apa, bisa
saja perubahan regress maupun progress.
Laksana
embun penyejuk dalam kehausan, Pembantu Dekan III FKIP Unila, Dr. Iskandar
Syah, M.H menyampaikan materi di sesi 3 dengan gayanya yang khas dan tidak
monoton sehingga memberi stimulus bagi para mahasiswa untuk mengobarkan api
semangat dalam dirinya. “Wawasan Nusantara” adalah judul materi yang Beliau
sampaikan. Tidak seperti permateri lainnya, Pak Iskandar menyampaikan materi
tidak dengan duduk di belakang meja namun berdiri gagah di depan para mahasiswa
Bidik Misi dengan semangat nya yang membara.
Suasana saat akan 10 menit sebelum acara dimulai kembali. |
Beberapa hal
penting yang bisa saya ambil dari Pendidikan & Pelatihan Bidik Misi Tahap
II hari ini adalah : Aktif berorganisasi baik internal maupun eksternal kampus
harus diseimbangkan juga dengan kuliah guna mewujudkan kehidupan yang dinamis,
karena mahasiswa sebagai agen perubahan tidak memikirkan dirinya sendiri saja,
namun keluarga, nusa bangsa & negara.
0 Komentar